Minggu, 12 Desember 2010

Nama : Andrey D. Ratulangi NRI : 080213027




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Fenomena globalisasi merupakan era baru peradaban manusia dimana terjadi perubahan yang sangat cepat dalam berbagai bidang kehidupan, seperti dalam bidang pengetahuan bisnis. Teknologi dan ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat dengan didukung oleh proses tranformasi. Informasi sedemikian rupa sehingga mengakibatkan perubahan pola hidup manusia. Teknologi dan Informasi Komunikasi sangat penting dalam kehidupan zaman ini dan memiliki peranan penting dalam aktivitas manusi terutama dalam  menjalankan bisnis. Hal in tela manjadi fasilitas utama bagi kegiatan berbagai sector kehidupan dimana memberikan andil besar erhadap perubahan-perubahan yang mendasar pada struktur operasi dan manajemen organisasi, pendidikan, transportasi, bisnis dan penelitian.
Oleh karenan itu sangatlah penting untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) TIK, mulai dar ketrampilan da pengetahuan, perencanaan, pengoperasia, perawatan dan pengawasa, serta peningkatan kemampuan TIK dalam membuka bisnis sehingga dapat menghasilkan output yang bermanfaat baik bagi manusia sebagai individu itu sendiri maupun bagi semua sector kehidupan.
      B. Rumusan Masalah

Nama : Andrey D. Ratulangi NRI : 080213027




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Fenomena globalisasi merupakan era baru peradaban manusia dimana terjadi perubahan yang sangat cepat dalam berbagai bidang kehidupan, seperti dalam bidang pengetahuan bisnis. Teknologi dan ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat dengan didukung oleh proses tranformasi. Informasi sedemikian rupa sehingga mengakibatkan perubahan pola hidup manusia. Teknologi dan Informasi Komunikasi sangat penting dalam kehidupan zaman ini dan memiliki peranan penting dalam aktivitas manusi terutama dalam  menjalankan bisnis. Hal in tela manjadi fasilitas utama bagi kegiatan berbagai sector kehidupan dimana memberikan andil besar erhadap perubahan-perubahan yang mendasar pada struktur operasi dan manajemen organisasi, pendidikan, transportasi, bisnis dan penelitian.
Oleh karenan itu sangatlah penting untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) TIK, mulai dar ketrampilan da pengetahuan, perencanaan, pengoperasia, perawatan dan pengawasa, serta peningkatan kemampuan TIK dalam membuka bisnis sehingga dapat menghasilkan output yang bermanfaat baik bagi manusia sebagai individu itu sendiri maupun bagi semua sector kehidupan.
      B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara penerapan  Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam  berbagai bidang.
b.Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Dunia Bisnis
c. Komunikasi Bisnis dengan Peranan TIK dan Komunikasi yang efektif dalam Dunia Bisnis
e. Kendala-kendala dalam Dunia Komunikasi Bisnis dan penanggulangannya
     C.Tujuan
 Tujuan Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi criteria tugas mata kuliah dan untuk menambah wawasan para pembaca mengenai Pengetahuan Bisnis dalam berbagai bidang.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Peranan Teknologi nformasi dan komunikasi dalam  berbagai bidang
Peningkatan kualitas hidup semakin menuntut manusia untuk melakukan berbagai aktifitas yang dibutuhkan dengan mengoptimalkan sumber daya yang dimilikinya. Teknologi Informasi dan Komunikasi yang perkembangannya befitu cepat secara tidak langsung mengharuskan manusia untuk menggunakannya dalam segala aktivitasnya.
1. Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Perusahaan
Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi banyak digunakan para usahawan. Kebutuhan efisiensi waktu dan biaya menyebabkan setiap pelaku usaha merasa perlu menerapkan teknologi informasi dalam lingkungan kerja. Penerapan Teknologi Informasi dan
Komunikasi menyebabkan perubahan bada kebiasaan kerja. Misalnya penerapan Enterprice Resource Planning (ERP). ERP adalah salahsatu aplikasi perangkat lunak yang mencakup sistem manajemen dalam perusahaan, cara lama kebanyakan.
2. Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam  Bisnis
Dalam dunia bisnis Teknologi Informasi dan Komunikasi dimanfaatkan untuk perdagangan secara elektronik atau dikenal sebagai E-Commerce. E-Commerce adalah perdagangan menggunakan jaringan komunikasi internet.
3. Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Perbankan
Dalam dunia perbankan Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah diterapkannya transaksi perbankan lewat internet atau dikenal dengan Internet Banking. Beberapa transaksi yang dapat dilakukan melalui Internet Banking antara lain transfer uang, pengecekan saldo,pemindahbukuan, pembayaran tagihan, dan informasi rekening.
4. Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan dan kesehatan
Teknologi pembelajaran terus mengalami perkembangan seiring perkembangan zaman. Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari sering dijumpai kombinasi teknologi audio/data, video/data,audio/video, dan internet. Internet merupakan alat komunikasi yang murah dimana memungkinkan terjadinya interaksi antara dua orangatau lebih. Kemampuan dan karakteristik internet memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar jarak jauh (E-Learning) menjadi lebih efektif dan efisien sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih baik.
Sistem berbasis kartu cerdas (smart card) dapat digunakan juru medis untuk mengetahui riwayat penyakit pasien yang datang ke rumah sakit karena dalam kartu tersebut para juru medis dapat mengetahui riwayat penyakit pasien. Digunakannya robot untuk membantu proses operasi pembedahan serta penggunaan komputer hasil pencitraan tiga dimensi untuk menunjukkan letak tumor dalam tubuh pasien.
B. Pemanfaatan TIK dalam Dunia Bisnis
Bagi dunia bisnis, jejaring telekomunikasi awalnya digunakan seperti halnya jejaring listrik, distribusi air, dan jejaring utilitas lain. Ini merupakan sumber yang penting, tetapi dulu perusahaan memiliki pengaruh yang kecil. Perusahaan-perusahaan memiliki pilihan yang terbatas atas layanan yang diperoleh dari penyediaan layanan yang dikelola secara monopoli. Hari ini, para pengguna korporat meletakkan bersama keseluruhan jejaring di bawah kontrol mereka, memotong-pintas jejaring publik sebagian atau seenuhnya. Deregulation dan teknologi digital baru telah mengizinkan perusahaan untuk secara sadar merancang dan mengoperasikan jejaring telekomunikasi internal dan privat untuk meningkatkan posisi kompetitif mereka. Apa yang dulunya merupakan biaya untuk menjalankan bisnis, sekarang menjadi sumber keuntungan kompetitif.
Layanan TIK sekarang digunakan oleh semua sektor ekonomik, mulai dari pertambangan dan pertanian sampai layanan finansial, manufaktur dan kepariwisataan. Jejaring privat ini hadir di semua industri global, di mana perusahaan multinasional menjadi perusahaan jejaring. Para pengguna bisnis berskala besar memiliki kebutuhan akan sistem yang cost-effective, leluasa, aman, automated, terpadu dan terandalkan. Jika para penyedia layanan lokal tidak dapat memenuhi kebutuhan ini, dengan biaya yang masuk akal, perusahaan-perusahaan besar memiliki pilihan untuk mengembangkan sendiri jejaring privat.
C. Komunikasi Bisnis dengan Peranan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan pesan atau informasi diantara dua orang atau lebih dengan harapan terjadinya pengaruh yang positif atau menimbulkan efek tertentu yang diharapkan. Komunikasi adalah persepsi dan apresiasi.
Persaingan yang keras dalam dunia bisnis tentunya sangat membutuhkan suatu perusahaan yang dapat menangani akan hal  itu diberbagai situasi yang menantang. Semua bisnis tentunya juga membutuhkan semua informasi yang sangat aktual, cepat dan dapat dipercaya, yang mana bisa semua permasalahan tersebut hanya bisa diselesaikan melalui Teknologi Informasi dan Komunikasi ( ICT ).
Pergerakan bisnis yang semakin cepat menuntut komunikasi (suara, data dan informasi) yang lebih lebih cepat guna mempertahankan pelanggan, pemasok, dan, bahkan, dalam menghadapi persaingan.
C.Komunikasi yang Efektif dalam Dunia Bisnis
Komunikasi Bisnis yang efektif diperlukan oleh semua organisasi bisnis dalam upaya mencapai tujuannya. Organisasi bisnis yang produktif ditunjang oleh penguasaan komunikasi bisnis para anggota organisasinya, baik penguasaan komunikasi verbal (lisan dan tulisan), maupun komunikasi non-verbal. Fakta empiris dalam dunia organisasi menunjukkan bahwa sebagain besar anggota organisasi melakukan pekerjaannya dengan melakukan komunikasi.
Dalam kehidupan organisasi bisnis, keberadaan tim kerja semakin populer. Banyak perusahaan dari berbagai industri menerapkan konsep tim kerja dalam melakukan aktifitasnya. Pemakaian tim kerja diyakini banyak pimpinan perusahaan akan lebih efektif, dibandingkan penyelesaian aktifitas secara individual. Pemakaian tim kerja diharapkan dapat menciptakan sinergi yang positif. Penjumlahan aggota dalam tim akan memungkinkan menghasilkan output yang lebih besar dibandingkan output total yang dikerjakan oleh masing-masing individu. Tidak peduli seberapa berbakatnya seseorang, betapapun unggulnya sebuah tim atau seberapapun kuatnya kasus hukum, keberhasilan tidak akan diperoleh tanpa penguasaan keterampilan komunikasi yang efektif. Keterampilan melakukan komunikasi yang efektif akan berperan besar dalam mendukung pencapaian tujuan dari seluruh aktivitas. Untuk dapat melakukan komunikasi yang efektif, maka kemampuan untuk mengirimkan pesan atau informasi yang baik, kemampuan untuk menjadi pendengar yang baik, serta keterampilan menggunakan berbagai media atau alat audio visual merupakan bagian yang sangat penting.
Kemampuan Individu dalam Komunikasi Bisnis
Dalam menjalankan praktek bisnisnya, individu yang melakuakn praktek bisnis tersebut perlu berkomunikasi dengan orang lain, semua pihak yang berkaitan dengan bisnisnya. Komunikasi antara atasan dengan bawahan, komunikasi dengan konsumen, komunikasi dengan pihak ketiga ( seperti pemasok, distributor, pemerintah, pihak lain ).
Untuk melakukan praktek bisnis ini para pelaku bisnis kiranya perlu memiliki kemampuan dalam komunikasi bisnis.
Tantangan seorang manajer di masa depan relatif akan semakin sulit, yang menuntut kemampuan untuk mengkomunikasikan ide gagasan dan tujuan dalam lingkungan organisasinya serta bagaimana menyampaikan produk atau jasa yang dimilikinya kepada pelanggan.
Komunikasi Bisnis yang efektif diperlukan oleh semua organisasi bisnis dalam upaya mencapai tujuannya. Organisasi bisnis yang produktif ditunjang oleh penguasaan komunikasi bisnis para anggota organisasinya, baik penguasaan komunikasi verbal (lisan dan tulisan), maupun komunikasi non-verbal. Fakta empiris dalam dunia organisasi menunjukkan bahwa sebagain besar anggota organisasi melakukan pekerjaannya dengan melakukan komunikasi.
D. Kendala-kendala dalam Dunia bisnis dan cara penanggulangannya
Dalam praktek komunikasi bisnis diperlukan sarana yang dapat menunjang proses komunikasi itu, teknologi informasi dan komunikasi yang semakin hari semakin berkembang dapat dimanfaatkan dalam praktek komunikasi bisnis.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan sistim informasi, komunikasi berkembang menjadi suatu bisnis tersendiri. Perkembangan sistim informasi dan teknologi mempercepat proses Globalisasi, sehingga proses komunikasi terjadi setiap saat tanpa berhenti dan berlangsung pada saat yang hampir bersamaan di seluruh belahan dunia. Informasi dengan mudah dan cepat menyebar, bahkan nyaris tanpa penghalang apapun. Perkembangan teknologi yang semakin pesat, memungkinkan orang untuk berkomunikasi melalui berbagai macam media.
Perkembangan bisnis masa ini bergerak lebih cepat dibanding sebelumnya, sehingga mereka membutuhkan komunikasi yang lebih luas dan lebih baik, terutama dalam mempertahankan pelanggan dan pemasok, dan bahkan dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat. Dengan solusi mobilitas diharapkan para karyawan akan lebih produktif, di manapun mereka berada. Itu karena mereka memiliki akses tertentu terhadap berbagai aplikasi perusahaan melalui berbagai perangkat bergerak atau berbagai akses lainnya.
Kesediaan prasarana dan sarana informasi serta tingkat pemilihan akses dan aset terhadap penggunaan informasi merupakan prasyarat untuk dapat memanfaatkan dan memberikan nilai ( volume ) terhadap sesuatu informasi. Semua prinsip informatika tersebut tidak terlepas dari tuntutan dan kebutuhan serta kegiatan manusia dan masyarakat di dalam kehidupannya sehari – hari. Dengan semakin mendalamnya keterlibatan setiap negara di dalam jaringan globalisasi ekonomi dan gaya hidup maka tuntutan dan kebutuhan serta kegiatan setiap negara termasuk masyarakatnya yang melibatkan pentingnya peranan informasi menjadi suatu keharusan
Kendala yang bisa saja muncul dalam praktek komunikasi bisnis dengan peranan teknologi informasi dan komunikasi adalah selain masalah infrastruktur sarana dan prasarana, juga masalah ketidakmampuan manusia dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dengan baik, juga kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik menjadi hambatan yang seringkali muncul dalam praktek komunikasi bisnis.
  • Masalah infrastruktur. Sarana dan prasarana teknologi informasi dan komunikasi yang terbilang membutuhkan biaya yang tidak sedikit, sehingga bagi pelaku bisnis yang memiliki modal yang tidak banyak mengakibatkan kurangnya pembangunan infrastruktur pendukung Komunikasi bisnis.
  • Masalah kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Walaupun fasilitas komunikasi bisnis telah memadai, kendala yang bisa saja muncul adalah kemampuan sumber daya manusia dalam memanfaatkan fasilitas tersebut. Mungkin masih ada beberapa pelaku bisnis yang belum mampu menggunakan alat komunikasi dalam bisnisnya, sehingga walaupun peralatan yang digunakan adalah peralatan dengan teknologi canggih sekalipun, jika manusianya tidak dapat mengoperasikan/ menggunakan peralatan tersebut akan menjadi percuma.
  • Kemampuan individu dalam berkomunikasi. Masalah yang paling mendasar dalam praktek komunikasi bisnis baik dengan peran teknologi informasi dan komunikasi dan tanpa peran TIK tersebut, masalah yang mendasar adalah kemampuan komunikasi dari individu itu sendiri. Apabila seseorang memiliki kemampuan komunikasi yang kurang baik, maka secara otomatis praktek komunikasi bisnisnya tetap mengalami kendala, walau telah didukung oleh peranan teknologi informasi dan komunikasi. Cara orang tersebut menyampaikan pesan kepada pihak lain itulah yang menjadi hal yang paling penting untuk diperhatikan.
Adapun kendala-kendala yang lain seperti:
-          struktur komunikasi yang buruk
-          penyampaian yang lemah
-          penggunaan media yang salah
-          pesan yang campur  aduk
a. Struktur komunikasi yang buruk
Struktur komunikasi adalah faktor esensial, yang menentukan baik-buruknya komunikasi bisnis. Tidak penting apakah audiencenya hanya s atu orang atau ribuan orang dan sekalipun di tengah bisingnya lingkungan bisnis dan pemasaran, pesan yang disampaikan haruslah terdengar dan dimengerti. Struktur komunikasi yang baik, mengikuti pola : pembukaan, isi, penutup.

b. Penyampaian yang lemah
Tidak menjadi menjadi masalah, apakah pesan itu penting atau impresif. Namun apabila disampaikannya tanpa “sentuhan yang kuat”, hasilnya tidak akan dapat menyakinkan orang lain sesuai harapan. Disamping itu, meskipun telah dilakukan “sentuhan ” yang sudah tepat ternyata seringkali juga masih memerlukan waktu untuk mendapatkan respons. Dengan demikian, pesan yang kuat, tidak boleh seperti lawakan yang tidak lucu. Pesan yang disampaikan haruslah ‘menyentuh’ secara kuat dan telak, tidak sekedar mengelus-elus atau mengingatkan.
c. Penggunaan media yang salah
Perlu untuk mempertimbangkan siapa, dari kalangan atau status sosial mana dan karakteristik unik lainnya dari sasaran yang kita tuju, sehingga kita dapat memilih media yang tepat. Jika pesan yang disampaikan sangat kompleks, berikanlah ruang agar audience kita dapat mencerna pesan tersebut secara lebih leluasa, sesuai kecepatan mereka, seperti di kamar tidur, kamar mandi, televise, radio, majalah, koran dan lain sebagainya.
d. Pesan yang campur aduk
Pesan yang campur aduk, hanya akan menimbulkan kebingungan atau bahkan cemoohan dari audience. Seperti, larangan untuk memberikan hadiah kepada klien, tetapi pada saat yang sama memberikan pengecualian untuk klien-klien baru atau pelanggan VIP yang berpotensi besar pada bisnis perusahaan. Sementara, kriteria dari klien potensial atau pelanggan VIP tersebut tidak dirinci secara jelas.














BAB III
KESIMPULAN
Semakin cepatnya perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi menuntut manusia untuk mencoba membuat perubahan di segala jenis kehidupannya yang tujuannya adalah mendapatkan hasil maupun kondisi yang terbaik yang dapat dicapai. Banyaknya sektor kehidupan yang ada diharapkan membuka inovasi baru bagi kita untuk menciptakan sesuatu yang baru untuk kemajuan peradaban manusia.
Persaingan yang keras dalam dunia bisnis tentunya sangat membutuhkan suatu perusahaan yang dapat menangani akan hal  itu diberbagai situasi yang menantang. Semua bisnis tentunya juga membutuhkan semua informasi yang sangat aktual, cepat dan dapat dipercaya, yang mana bisa semua permasalahan tersebut hanya bisa diselesaikan melalui Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Walaupun praktek komunikasi bisnis menggunakan peran teknologi informasi dan komunikasi akan tetapi keberhasilan komunikasi itu disebabkan oleh kemampuan dari individu itu sendiri.











Anastasia Tiwa 070213006


http://www.bisnise.com/category/bisnis-murah

http://www.bisnise.com/search/bisnis-signal-adalah.html

Ada Sinyal Ada Bisnis

Bisnis signal bias menjadi sebuah bisnis murah dan gampang mengapa dikatakan seperti itu? Karena , Bisnis ini berjalan dimanapun asalkan ada sinyal handphone.
Setiap pelaku bisnis selalu menginginkan keuntungan, itulah tujuan orang berbisnis. Sehingga orang yang berhasil meraup untung dikatakan telah sukses dalam berbisnis. Dan besaran keuntungan yang diraub menjadi ukuran tingkat kesuksesan bisnis.
Inilah bisnis Jaringan Yang Paling Mudah. Enteng. Dan Bisnis Yang Entenglah Yang Mudah Sukses, asalkan kita jalankan dengan suka cita dan berkelanjutan.

Anastasia Tiwa 070213006

Sebuah contoh dari bisnis informasi adalah melalui internet.
Sampai saat ini di internet banyak sekali panduan bisnis online yang berserakan entah itu berbayar maupun gratis. Entah itu yang SCAM atau benar-benar nyata. Internet telah menjadi sebuah media baru dalam dimensi bisnis. Menurut bintang menjual informasi adalah bisnis utama di internet. Orang mengakses internet tentu kebanyakan untuk mendapatkan sebuah informasi bukan?
Dan memang itulah takdir internet menjadi sebuah gudang informasi.
Nah kebanyakan tipe bisnis online berdasarkan menjual informasi. Ada dua tipe bisnis online yang berdasarkan hal-hal diatas :
Menjual informasi secara langsung.
Kalau yang ini terang-terangan menjual sebuah informasi yang untuk mendapatkannya user harus membayar. Contohnya tentu saja Ebook. Tentu saja yang harus diperhatikan dalam membuat ebook adalah benar-benar memiliki panduan yang 100% dibuat oleh yang ahli. Jangan sampai sebuah ebook “panduan bisnis online” dibuat oleh seorang newbie. Nah tentu saja ebook bukan hanya bisnis online, jika mau anda bisa membuat sebuan panduan tentang keahlian anda sendiri. contoh :
  1. Jika ahli memasak buatlah ebook tentang “memasak”.
  2. jika ahli komputer buatlah ebook tentang “panduan merakit komputer”
  3. Jika masih newbie simak deh paragaf selanjutnya

Anastasia Tiwa




Pengetahuan menjadi BISNIS.
Semua orang bisa memulai bisnis kecil dan rumahan. Tapi untuk memulai bisnis yang sukses itu tidak mudah. Menurut informasi, 50% perusahaan baru akan bangkrut sebelum berusia 3 tahun. 1 dari 4 pengusaha baru tidak bisa bertahan lebih dari satu tahun. Nah, jika kamu benar-benar ingin memulai bisnis kecil dan rumahan yang sukses, ada lima hal yang harus dimiliki. Yaitu: dan salah satunya adalah pengetahuan.
1. Berkomitmen Secara Total
Orang yang sukses adalah mereka yang berkomitmen secara total. Siap mengerahkan seluruh kemampuan dan keahlian. Percaya sepenuhnya pada produk atau jasa yang mereka jual. Bekerja keras setiap hari dan tidak mengenal kata libur. Dan bersedia melakukan semuanya itu meski tanpa jaminan mendapat upah seperti halnya pekerja biasa. Apa kamu mau seperti itu?
2. Menjadi Tipe “D”
Ide saja tidak cukup. Kau tentu tidak ingin bisnis mu hanya muncul sesaaat, lalu menghilang. Dan semua orang bisa saja berkomitmen. Tapi, itu tidak akan menjamin dia pasti sukses. Jika ingin mencapai yang di cita-citakan, berarti kau harus menjadi orang yang disebut dengan “tipe D.” Yaitu yang memilki keinginan kuat, disiplin dan tujuan. Dalam situasi dan kondisi apapun.

- Wrestina Nasita Melo (080213001)


Bisnis Pengetahuan

Ilmu pengetahuan sudah menjadi suatu kewajiban bagi semua orang untupada dimiliki zaman dimana ilmu tersebut semakin berkembang. Orang yang tidak berilmu, tidak akan berkembang, baik dalam sisi sosial (pergaulan), nuraniah (kepuasan hati) maupun sisi finansial.
Berbagai tuntutan akan pengetahuan, terutama dalam pekerjaan, membuat orang-orang berusaha mendapatkan pengetahuan tersebut apapun caranya. Salah satu cara yang paling manjur adalah dengan menuntut ilmu di sekolah kemudian dilengkapi dengan mendaftar ke tempat-tempat kursus (les) yang bersifat akademik maupun akademik.

Franklien R. Rattu 070213018




Tugas...!!! BISNIS PENGETAHUAN

“MANAJEMEN PENGETAHUAN & KOMPETENSI BISNIS DALAM PROFESIONAL IT”


            Pengetahuan dipandang sebagai sebuah komoditi atau sebuah aset intelektual. Karakteristik pengetahuan:
1. Penggunaan pengetahuan tidak akan menghabiskannya
2. Perpindahan pengetahuan tidak akan menghilangkannya
3. Pengetahuan itu berlimpah, tetapi kemampuan terbatas untuk menggunakannya
4. Banyak pengetahuan berharga hilang begitu saja

            ‘Era Industri à Era Pengetahuan’
            Di Era Pengetahuan, organisasi harus dapat belajar, mengingat, dan bertindak berdasarkan informasi, pengetahuan, knowhow yang tersedia. Memiliki dasar pengetahuan (knowledge base) à lessons learned dan best practice yang berharga.
            Jenis dan bentuk pengetahuan:
§  Tacit knowledge
Pengetahuan yang sulit diartikulasikan, dituliskan dalam kata-kata, teks, maupun gambar.  Berada di dalam benak orang yang mengetahui.
§  Explicit knowledge
Pengetahuan yang telah ditangkap dan dinyatakan dalam kata-kata, teks, maupun gambar. Telah ada dalam bentuk konkrit/nyata.
Semakin tacit sebuah pengetahuan, maka semakin berharga pengetahuan tersebut

           

Klasifikasi Pengetahuan :
1. Pengetahuan Inti:
§ pengetahuan level dasar yang dibutuhkan untuk bisa menjalankan bisnis.
§ jenis pengetahuan yang dapat menciptakan “tembok penghalang” bagi organisasi lain untuk masuk ke dalam bisnis yang sama.
2. Pengetahuan Lanjut:
§ pengetahuan yang dapat membuat organisasi menjadi kompetitif.
§ memungkinkan organisasi untuk membedakan produknya dari milik pesaing melalui keunggulan pengetahuan yang dimiliki dalam beberapa hal tertentu.
§ memungkinkan organisasi untuk berkompetisi dengan pesaing pada pasar dan pelanggan yang sama.
3. Pengetahuan Inovatif:
§ memungkinkan organisasi untuk memimpin industri hingga batas-batas yang membedakannya dalam kompetisi.
§ memungkinkan organisasi untuk mengubah aturan main dalam industri

ALAN R DEMMASSABU 080213042



BISNIS PENDIDIKAN
BAB 1 PENDAHULUAN
Tumbuhnya berbagai bimbingan belajar menjadi satu fenomena menarik dan menjadi catatan tersendiri bagi dunia pendidikan di Indonesia. Ketidakpuasan terhadap kondisi pembelajaran di sekolah diyakini sebagai salah satu penyebab tumbuh suburnya berbagai bimbingan belajar tersebut.
Sekolah yang memiliki otoritas sebagai tempat untuk menyelenggarakan pendidikan sering dipertanyakan perannya. Hal ini adalah salah satu masalah yang ada dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Sebagai alternatif belajar di luar sekolah banyak siswa yang menggantungkan harapannya pada bimbingan belajar untuk mendapatkan materi yang tidak diajarkan di sekolah. Dengan adanya proses penerimaan di PTN melalui ujian tertulis semakin menambah daya tarik siswa terhadap bimbingan belajar.
Seiring dengan itu banyak bermunculan bimbingan belajar untuk merespon tantangan ini. Namun, kenyataannya kondisi ini tidak diiringi dengan kesungguhan penyelenggara bimbingan belajar dalam melaksanakan proses pembelajaran.

ALAN R DEMMASSABU 080213042



BISNIS PENDIDIKAN
BAB 1 PENDAHULUAN
Tumbuhnya berbagai bimbingan belajar menjadi satu fenomena menarik dan menjadi catatan tersendiri bagi dunia pendidikan di Indonesia. Ketidakpuasan terhadap kondisi pembelajaran di sekolah diyakini sebagai salah satu penyebab tumbuh suburnya berbagai bimbingan belajar tersebut.
Sekolah yang memiliki otoritas sebagai tempat untuk menyelenggarakan pendidikan sering dipertanyakan perannya. Hal ini adalah salah satu masalah yang ada dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Sebagai alternatif belajar di luar sekolah banyak siswa yang menggantungkan harapannya pada bimbingan belajar untuk mendapatkan materi yang tidak diajarkan di sekolah. Dengan adanya proses penerimaan di PTN melalui ujian tertulis semakin menambah daya tarik siswa terhadap bimbingan belajar.
Seiring dengan itu banyak bermunculan bimbingan belajar untuk merespon tantangan ini. Namun, kenyataannya kondisi ini tidak diiringi dengan kesungguhan penyelenggara bimbingan belajar dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Sscara teoretis tidak bisa disangkal bahwa biaya pendidikan atau penyelengaraan pendidikan sangatlah tinggi. Asumsi ini paling tidak hidup di benak kalangan profesional dan para ahli pendidikan. Semakin tinggi biaya pendidikan, semakin tinggi kualitas pendidikan.
Sepertinya asumsi ini perlu dipertanyakan ulang. Mungkin benar bahwa semakin tinggi biaya pendidikan semakin tinggi pula kualitas pendidikan, akan tetapi sulit dan mahalkah pendirian lembaga pendidikan? Pertanyaan itu pernah terlontar dalam sebuah obrolan sambil lalu yang tiba-tiba menjadi sangat serius. Seorang teman jebolan perguruan tinggi luar negeri menceritakan mahal dan rumitnya penyelenggaraan lembaga pendidikan, khususnya lembaga pendidikan tinggi. Yang lain mengungkap sejumlah sarat, prasarat, serta sarana yang mesti disediakan, secara teoretis tentunya. Pokoknya penyelenggaraan pendidikan tinggi bukan sesuatu yang bisa dilakukan sambil lalu




BAB 2 ISI

Jakarta - Boneka Horta atau boneka edukasi mulai dikenal sebagai boneka edukasi bagi anak-anak. Bisnis dari boneka horta sangat diminati pasar karena konsepnya yang unik dan mendidik.

Direktur Green Trading Company Ahmad Nashih Abdurrahman sebagai pengembang produk boneka horta menjelaskan, boneka rumput horta adalah suatu media tanam yang dikemas dalam bentuk boneka yang apabila disiram setiap hari pada bagian atas kepalanya akan ditumbuhi rumput atau semacam rambut pada manusia.

Boneka horta bisa menjadi salah satu alternatif mainan baru yang edukatif kreatif dan imajinatif untuk anak-anak. Selain itu, anak-anak dapat belajar mengamati pertumbuhan tanaman sambil bermain.

Permainan ini dimulai ketika anak merendam boneka dengan air dan menyiram kepala boneka setiap hari dan mengamati pertumbuhan rumput setiap hari. Apabila rumput sudah tumbuh terlalu tinggi, maka anak-anak dapat memangkas rumput sesuai dengan gaya dan keinginan anak.

Menurutnya boneka horta dibentuk dari bahan serbuk gergaji, yang dibungkus oleh kain kasa. Didalamnya di masukan pupuk dan bibit rumput. Proses pertumbuhan rumput bisa terjadi pada hari ketiga setelah dilakukan penyiraman setiap hari. Rumput boneka horta bisa bertahan hingga 3 bulan.

Nashih menambahkan saat ini pihaknya telah mengembangkan berbagai produk boneka horta antara horta cup, horta panda, horta kura, horta babi, horta sapi, horta kodok, horta kucing, horta gajah, horta monyet, horta macan, horta kuda dan horta boneka etnik. Meski sayangnya saat ini khusus untuk bibit rumput masih diimpor dari Amerika Serikat (AS).

Kisah awalnya mengembangkan produk boneka horta, dimulai sejak tahun 2004 lalu. Boneka ini diperkenalkan oleh kakak kelasnya Institut Pertanian Bogor (IPB). Produk boneka horta sendiri merupakan hasil kreasi mahasiswa dalam program kreativitas mahasiswa (PKM) di IPB.

"Waktu itu ada dosen yang meminta agar ada boneka yang bisa ditumbuhi tanaman," jelas Nashih kepada detikFinance, Senin (10/5/2010).

Ia menjelaskan sejak dikembangkan beberapa tahun lalu, permintaan terhadap boneka horta sangat tinggi. Saat ini setidak sebanyak 300-400 boneka terjual per hari dengan harga termurah dari Rp 6.500-30.000 per buah.

Pihaknya menjual produk boneka ini melalui gerai khusus di lokasi di Cilandak Town Square Jakarta. Sementara untuk penjualan ritel sudah mencakup seluruh Indonesia dari para mitra.

Pasar dari produk boneka horta umumnya adalah pihak pengeola sekolah sebagai penunjang pelajaran. Boneka horta juga cukup laris untuk acara-acara khusus dengan melayani pesanan khusus.

Meski terlihat menjadi bisnis yang ringan, omset penjualan bisnis ini mencapai Rp 100 juta per bulan. Dengan mampu mengerahkan 35 tenaga kerja para ibu-ibu rumah tangga di kawasan Bogor yang sebelumnya mengganggur.

Dikatakannya selama ini ia melakukan kerjasama dengan berbagai mitra pemasarannya di banyak daerah dengan menerapkan sistem jual putus yaitu menjual produk boneka horta secara tunai.

Namun dalam waktu dekat, ia sedang mengembangkan kemitraan pemasaran dengan menggunakan paket edukasi, yaitu siapapun yang ingin bermitra bisa melakukan kerjasama bagi hasil, asalkan si mitra bisa menyiapkan lokasi edukasi khususnya sekolah-sekolah untuk memperkenalkan boneka horta untuk media edukasi.

"Kita juga membuka paket edukasi, semacam program kurikulum, kita bisa sharing bagi hasil dengan mitra," katanya.

Ia menjelaskan pengembangan sistem kemitraan melalui paket edukasi akan memberikan keuntungan antara pihaknya dengan si mitra. Mengingat konsep boneka horta juga untuk menopang ekonomi yang ramah lingkungan dengan menggunakan bahan-bahan daur ulang.
Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) menilai bisnis yang bersifat “franchise” (waralaba) di Indonesia kurang didukung oleh pemerintah sehingga perkembangan bisnis ini tidak terlalu pesat.
“Asosiasi bisnis waralaba ini sudah berdiri sejak 1991 dan pertama di kawasan ASEAN, namun perkembangan bisnis waralaba di Indonesia kalah dengan negara lain,” kata Ketua AFI, Anang Sukandar, di Semarang, Jumat.
Ia menyebutkan Singapura baru memiliki asosiasi serupa pada tahun 1993, Malaysia dan Filipina pada tahun 1994, sedangkan China baru 1997. Namun, perkembangan bisnis waralaba di empat negara itu lebih pesat dibandingkan dengan Indonesia.
“Pemerintah di negara-negara itu sangat perhatian pada bisnis waralaba, misalnya Malaysia yang memiliki program 100 juta ringgit untuk pengembangan bisnis waralaba dan 100 ribu ringgit untuk setiap pelaku usaha waralaba,” katanya.
Singapura, kata dia, memiliki kebijakan 75 persen dari total biaya produksi dipikul oleh pemerintah sehingga membuat perkembangan bisnis waralaba sangat pesat.
“Kebijakan yang mendukung perkembangan bisnis waralaba seperti itu belum terjadi di Indonesia sebab pemerintah lebih fokus terhadap pertumbuhan dan penguatan ekonomi dari sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM),” katanya.
Ia mengakui sektor UMKM memang telah terbukti menjadi soko guru perekonomian nasional di tengah gempuran krisis global, namun bisnis waralaba sebenarnya juga penting, terutama dalam penyediaan lapangan kerja.
“Berdasarkan data AFI tahun 1997, bisnis waralaba ternyata mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 700 ribu orang dan kemungkinan jumlahnya bertambah dari ’multiplayer effect’ usaha yang diwaralabakan,” katanya.
Menurut dia, kurangnya perhatian pemerintah terhadap bisnis waralaba tersebut ditunjukkan dengan upaya edukasi yang selama ini masih relatif kurang. Pemerintah seharusnya memotivasi dan mendorong orang untuk melakukan bisnis itu.
Berkaitan dengan penerapan ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA), ia mengaku tidak mengkhawatirkan hal itu memengaruhi perkembangan bisnis waralaba lokal, seiring dengan masuknya waralaba asing.
“Masuknya waralaba asing tidak masalah sebab peluang waralaba lokal melakukan ekspansi ke negara lain juga dimungkinkan. Hal itu membutuhkan campur tangan pemerintah,” katanya.
Anang mengatakan bahwa pihaknya pernah mencoba menjajaki peluang bisnis waralaba Indonesia, seperti kursus bahasa Inggris International Language Program (ILP), Mr. Baso, dan Es Teler 77 ke China.
“Namun, bisnis waralaba Indonesia tersebut sepertinya masih kesulitan menembus pasar China meskipun pasar di negara Tirai Bambu itu sebenarnya tengah berkembang,” kata Anang.


Di tengan pembicaraan yang serius tersebut, tiba-tiba salah seorang teman tertawa terbahak-bahak. Ia bilang bahwa mendirikan lembaga pendidikan itu murah dan mudah. Cukup mempunyai yayasan dan beberapa lokal kelas. Bahkah, bila membangun lokal kelas masih dianggap terlalu mahal dan tidak ada dananya, bisa nebeng (ngontrak, sewa) lokal kelas dari sekolah yang ada. Kurikulum dan tetek bengek konsep sistem pendidikan yang akan didirikan tinggal menjiplak dari lembaga pendidikan yang telah berdiri. Praktis, mudah dan murah! Tidak perlu survei atau studi kelayakan segala macam. Mendirikan TK, sekolah dasar, sekolah menengah maupun perguruan tinggi, sama saja. Perbedaannya tidak seberapa! Urusan kualitas? Siapa yang peduli dengan kualitas, toh orang hanya peduli dengan ijazah! Dari pada ijazah palsu, mendingan ijazah yang asli kalau pun dikeluarkan oleh lembaga pendidikan yang bangunannya ngontrak!

Betulkah sedemikian murahnya mendirikan lembaga pendidikan? Ketika itu obrolan menjadi simpang-siur antara persolan penyelenggaraan lembaga pendidikan dengan bisnis pendidikan. Selama ini, wacana tentang bisnis pendidikan selalu dianggap tabu. Bahkan, tidak lama berselang, demo antibisnis pendidikan, bersamaan dengan itu media massa menyorot tajam persoalan tersebut yang didasarkan pada sejumlah indikasi. Yaitu tingginya biaya pendidikan yang disebabkan pengurangan subsidi pendidikan sebagai konsekuensi dari realisasi otonomi pendidikan.

Kini, dengan diterapkannya kebijakan otonomi pendidikan, yang semakin diperkecil dan akhirnya ditiadakannya dana (subsidi) pendidikan, secara konsekuensional bisnis pendidikan menjadi isu yang mengemuka dengan sendirinya. Dengan kata lain, pergeseran lembaga pendidikan sebagai lembaga sosial non-profit (nirlaba) menjadi lembaga yang mau tidak mau harus mempertimbangkan kemungkinan profit yang lebih besar. Bila tidak, ia akan mati dengan sendirinya, karena tidak bisa membiayai aktivitas pendidikannya. Persoalan ini, pada akhirnya bukan hanya berlaku bagi lembaga pendidikan swasta akan tetapi juga lembaga pendidikan negeri. Atau lebih tepatnya tidak ada lagi lemabaga pendiidkan (sekolah) negeri atau pun swasta.

Bisnis pendidikan, persoalan itu yang kemudian mencuat ke permukaan. Etiskah bicara dan menyelenggarakan bisnis pendidikan dalam keterpurukan bangsa ini. Atau lebih substansial lagi, etiskah bicara dan menyelenggarakan bisnis pendidikan? Atau, apakah aktivitas penyelenggaraan pendidikan layak dianggap sebagai barang jasa yang memiliki nilai ekonomi tinggi?

Bila pendirian lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh yayasan pendidikan dengan tanpa memiliki lembaga usaha yang menopang pembiayaan penyelenggaraan pendidikan tersebut, atau bahkan lembaga pendidikan itu sendirilah yang menjadi penopang dana yayasan tersebut, mana bisa kita menyebut bahwa dasar pendirian lembaga pendidikan bahkan pendirian yayasan tersebut sama sekali bersifat nirlaba, bukan bisnis.

Dengan kata lain, lembaga pendidikan tersebut bukan didirikan dan diselenggarakan sebagai dimensi sosial dari suatu perusahaan besar, melainkan lembaga pendidikan itu merupakan perusahaan itu sendiri. Dengan kata lain, pendirian lembaga pendidikan benar-benar didasarkan pada orientasi bisnis. Lebih tegas lagi, boleh disebutkan bahwa ada kemungkinan pendirian yayasan pendidikan tidak lebih sekadar kedok untuk mendirikan bisnis pendidikan. Kedok etik dan menghindari besarnya pajak yang harus dikeluarkan.

Ratusan ribu lebih lembaga pendidikan di Indonesia, dari mulai tingkat dasar hingga perguruan tinggi, namun berapa persenkah (bila ada) dari lembaga pendidikan itu didirikan sebagai "kerja" yayasan yang ditopang oleh perusahan besar? Katakan seperti funding (yayasan) yang didirikan oleh perusahaan raksasa. Maka wajar kalau pun ada, yayasan pendidikan yang benar-benar murni nirlaba, karena ia tidak memiliki sumber dana yang memadai, lembaga tersebut dengan terpaksa berjalan tertatih-tatih hidup dengan dana yang sangat minim dari SPP, atau sumbangan lain yang tidak tentu dan tidak seberapa.

Yayasan pendidikan seperti ini terlahir dari keprihatinan komunitas kecil yang didorong karena tidak ada atau minimnya sekolah di daerahnya. Atau, keprihatinan terhadap sistem pendidikan nasional yang tergambar dari kurikulumnya, yang meraka anggap terlalu barat dan tidak memanusiakan. Yayasan seperti ini biasanya didirkan oleh komunitas majelis taklim atau pesantren yang berada daerah, atau kota-kota kecil. Bukan bisnis.

Dengan demikian, kesadaran nilai penting dan vitalnya institusi dan sarana pendidikan bukan hanya sekadar disadari oleh masyarakat Indonesia, bahkan mereka ikut serta secara aktif menyelenggarakan lembaga pendidikan, yang kadang tanpa mempertimbangkan kelayakan dan standar "formal" pendidikan yang didirikannya. Hal tersebut bisa dimaklumi, karena pendirian lembaga pendidikan yang mereka lakukan lebih didasarkan pada kesadaran moral belaka, bukan didasarkan pada profesonalisme.

Bila menjamurnya penyelenggaraan pendidikan yang didasarkan pada orientasi bisnis, apalagi kecenderungan tersebut diperkuat oleh adanya gerakan otonomi lembaga pendidikan di mana setiap lembaga pendidikan (termasuk lembaga pendidikan negeri) dituntut untuk menghidupi dan membiayai diri sendiri, maka bisnis di sektor pendidikan bukan lagi merupakan sesuatu yang mesti dianggap tabu dan tidak etis.

Persoalannya bagaimana kode etik dan prinsip-prinsip bisnis di sektor pendidikan ini dirumuskan, sehingga tidak mengabaikan kualitas pendidikan. Bahkan, bagaimana logika bisnis sektor pendidikan ini dirumuskan di atas prinsip, penyelenggaraan pendidikan dengan biaya serendah-rendahnya dengan kualitas setinggi-tingginya, dan bukan sebaliknya.

Secara umum pengelola lembaga pendidikan, khususnya lembaga pendidikan negeri yang tidak memiliki pengalaman mencari, mengolah dan mengelola dana secara mandiri, benar-benar kelimpungan. Di satu sisi mereka membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk bisa survive, di sisi lain mereka berhadapan dengan beban etik dan fakta bahwa mereka sama sekali tidak memiliki pengalaman bisnis dan memasarkan lembaga pendidikannya.

Fenomena bisnis di sektor pendidikan pada akhirnya harus dilihat sebagai sebuah kemungkinan dan kesempatan yang positif, baik dari sisi praktis maupun sisi pengembangan khasanah teori-teori dan bidang ilmu pendidikan. Pada sisi praktis, bisnis ini memungkinkan lahirnya lapangan kerja yang profesional, baik pada bidang manajemen pendidikan, ekonomi pendidikan, pemasaran dan advertising dan lain sebagainya, serta akan meningkatkan kemampuan lembaga pendidikan tersebut untuk survive.

Dan secara akademik lahirnya cabang ilmu pengatahuan yang baru, yang berkenaan dengan kepentingan praktis tersebut menjadi mutlak adanya. Dan untuk itu, diperlukan suatu kajian yang spesifik dalam bidang tersebut, dan bukan mustahil untuk didirikannya progran studi yang relevan. Dengan adanya komunitas profesional dalam bidang tersebut, maka lahirnya kecenderungan dan tuntutan bisnis atau wirausaha dalam sektor pendidikan sedikit banyaknya bisa dipertanggungjawabkan secara akademis dan profesional.

Dengan demikian perguruan tinggi dan fakultas pendidikan memungkinkan untuk melebarkan sayapnya ke wilayah yang lebih luas. Bukan hanya berkisar pada persoalan proses, sarana dan metode pendidikan serta persoalan konvensional lainya, akan tetapi juga bisa berbicara pada wilayah yang lebih luas dan menjanjikan. Studi di fakultas atau perguruan tinggi bidang pendidikan bukan hanya sebatas untuk menjadi guru atau ahli dalam bidang pendidikan (dalam pengertian konvensional), akan tetapi juga menjadi ahli ekonomi, bisnis dan manajemen pendidikan yang memiliki peluang dan keahlian untuk membangun suatu industri pendidikan yang memiliki peluang ekonomi yang lebih menjanjikan.

Civitas akademika sebuah lembaga pendidikan yang selama ini sering dipandang sebagai insan pengabdi (komunitas dan masyarakat Umar Bakri) yang dianggap berseberangan dengan kepentingan-kepentingan untuk meningkatkan taraf ekonomi yang layak, bukan mustahil mampu menyejajarkan dengan komunitas wirausahawan (pelaku bisnis). Dengan meningkatnya taraf hidup mereka, "barangkali" bisa diharapkan pengabdian dan profesionalisme Umar Bakri ini meningkat karena mereka bisa lebih concern dengan profesinya, tidak perlu mencari tambahan dari kiri dan kanan. Dalam upaya untuk ikut mendukung program pemerintah yaitu ikut mencerdaskan kehidupan bangsa ada sebagian orang mewujudkannya dengan mendirikan bimbingan belajar. Banyak siswa dengan antusias mengikuti bimbingan belajar terutama bagi mereka yang ingin mempersiapkan diri menghadapi ujian masuk perguruan tinggi negeri.
Pada kenyataannya belajar di bimbingan belajar tidak sekedar berupa materi pelajaran semata. Tetapi, juga disampaikan tentang kiat-kiat belajar yang efektif, kiat-kiat belajar di perguruan tinggi, maupun informasi seputar perguruan tinggi.
Pada awalnya bimbingan belajar dibentuk untuk membantu siswa SMA yang baru lulus dalam menghadapi ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri. Persaingan ketat untuk mendapatkan tempat di perguruan tinggi negeri memaksa para siswa untuk mempersiapkan diri secara ekstra.
Pada masa itu perguruan tinggi negeri menjadi pilihan terbaik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena belum banyak pilihan perguruan tinggi lain dan biaya pendidikan yang relatif lebih terjangkau.
Keterbatasan sistem yang berlaku di sekolah juga ikut memicu tumbuhnya berbagai bimbingan belajar. Kemampuan guru yang terbatas, kurangnya fasilitas belajar yang memadai, serta tuntutan kurikulum yang tidak realistis menyebabkan siswa mencari alternatif lain untuk belajar di luar sekolah. Sekolah juga dianggap tidak mampu menyediakan semua kebutuhan yang diperlukan siswa terlebih lagi kesiapan untuk berebut kursi di PTN yang diidam-idamkan.
Peluang ini yang dilihat oleh pengelola bimbel yang kemudian direspon dengan mendirikan Bimbingan Belajar. Dari segi bisnis hal ini memang terlihat sangat menjanjikan dan menggiurkan. Selain itu segi bisnis ada pula bimbel yang didirikan dengan faktor ideologis dengan keinginan untuk mendekatkan dakwah dengan pelajar.


BAB 3 PENUTUP

Salah satu tolok ukur keberhasilan suatu bimbingan belajar adalah jumlah siswa yang berhasil lulus ke perguruan tinggi negeri. Namun, hasil yang telah dicapai ini masih menyisakan pertanyaan. Seberapa besar peran bimbel membantu siswa lulus dalam SPMB. Ini bisa dilihat dari jumlah siswa  yang telah ikut mulai dari program reguler yang lulus dibanding siswa yang hanya ikut di program intensif.
Menjadikan banyaknya siswa yang lolos ke PTN sebagai tolok ukur keberhasilan suatu bimbingan belajar adalah sesuatu masih perlu dipertanyakan. Bimbingan belajar tidak sepenuhnya berhak mengklaim sebagai pihak yang paling bertanggung jawab terhadap kelulusan siswa ke PTN.
Hal ini tampak dari kehadiran siswa di kelas bimbingan belajar yang tidak menentu. Selain itu perlu dilihat juga apakah mereka yang lulus merupakan siswa yang ikut semenjak program regular atau hanya ikut di program intensif saja.
Kalau tolok ukur keberhasilan dilihat dari banyaknya siswa yang lolos ke PTN saja mengapa bimbingan belajar tidak fokus dengan menyelenggarakan program persiapan masuk PTN (program intensif) saja sehingga lebih kelihatan hasilnya. Jadi penyelenggara bimbingan belajar tidak dapat menggunakan keberhasilan siswa masuk ke PTN sebagai ukuran efektivitas belajar di bimbingan belajar tersebut.
Dalam hal bimbel yang berlatar belakang ideologi tidak dapat dipungkir bahwa faktor ideologi menjadi salah satu faktor penting dalam pertumbuhan dan perkembangan bimbel tersebut. Jaringan yang terbangun melalui rohis sangat penting khususnya di masa awal berdirinya bimbel tersebut untuk memperkuat posisinya.
Namun, pada akhirnya kekuatan jaringan itu tidak cukup memadai untuk menopang bimbel tanpa adanya profesionalisme dan pembinaan sumber daya manusia yang kuat di bimbel. Selain itu, kekuatan jaringan justru dapat menjadi bumerang buat bimbel karena bimbel tidak dapat melihat secara riil posisi bimbel yang sebenarnya di mata konsumen dalam hal ini siswa.
Konsumen yang terbentuk melalui jaringan tidak dapat menilai secara objektif terhadap bimbel. Jadi, apakah bimbel tersebut memang benar-benar bimbingan belajar yang layak diikuti (dan perlu) masih menjadi pertanyaan besar.
Merupakan suatu hal yang menggembirakan bila melihat perkembangan bimbel yang amat pesat dan menjelma menjadi bisnis yang berkembang di Indonesia. Namun, pencapaian ini akan menjadi sia-sia apabila tidak disertai dengan evaluasi dan cara pandang yang baru yang sesuai dengan perkembangan zaman.