Minggu, 12 Desember 2010

Nama: Angga F. Arbie NRI: 070213005



Manajemen & Kewirausahaan

“BISNIS PENDIDIKAN”

Pengertian Bisnis Pendidikan
Apa itu Bisnis Pendidikan? Menurut sebagian orang, bisnis ini adalah bisnis yang menyediakan layanan konsultasi di bidang pendidikan dan juga pengajaran. Biasanya target dari bisnis ini adalah untuk mencapai kapabilitas keilmuan peserta guna meraih nilai yang baik atau kelulusan dari atau di sebuah institusi pendidikan.
Di masyarakat kita, bisnis semacam ini sudah merebak. Kita bisa saksikan bagaimana bimbingan belajar mampu berjaya meraih hati ribuan siswa yang membutuhkan bimbingannya. Atau setidaknya banyak orang tua yang terenggut hatinya, dan akhirnya menyerahkan anak-anaknya untuk dibimbing oleh lembaga bimbingan belajar tersebut.
Tentu hal itu berdampak pada kesuksesan usaha bisnis belajar itu sendiri. Memang, selain sukses mendapatkan keuntungan yang melimpah ruah, bisnis pendidikan juga sangat bermanfaat bagi pencerahan masyarakat dan bangsa. Inilah manfaat ganda dalam menjalani bisnis di bidang pendidikan.

Bisnis Pendidikan Dalam Bimbingan Belajar
Tumbuhnya berbagai bimbingan belajar menjadi satu fenomena menarik dan menjadi catatan tersendiri bagi dunia pendidikan di Indonesia. Ketidakpuasan terhadap kondisi pembelajaran di sekolah diyakini sebagai salah satu penyebab tumbuh suburnya berbagai bimbingan belajar tersebut. Sekolah yang memiliki otoritas sebagai tempat untuk menyelenggarakan pendidikan sering dipertanyakan perannya. Hal ini adalah salah satu masalah yang ada dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Sebagai alternatif belajar di luar sekolah banyak siswa yang menggantungkan harapannya pada bimbingan belajar untuk mendapatkan materi yang tidak diajarkan di sekolah. Dengan adanya proses penerimaan di PTN melalui ujian tertulis semakin menambah daya tarik siswa terhadap bimbingan belajar. Seiring dengan itu banyak bermunculan bimbingan belajar untuk merespon tantangan ini. Namun, kenyataannya kondisi ini tidak diiringi dengan kesungguhan penyelenggara bimbingan belajar dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Bimbingan Belajar sebagai Alternatif Belajar di Luar Sekolah
Dalam upaya untuk ikut mendukung program pemerintah yaitu ikut mencerdaskan kehidupan bangsa ada sebagian orang mewujudkannya dengan mendirikan bimbingan belajar. Banyak siswa dengan antusias mengikuti bimbingan belajar terutama bagi mereka yang ingin mempersiapkan diri menghadapi ujian masuk perguruan tinggi negeri. Pada kenyataannya belajar di bimbingan belajar tidak sekedar berupa materi pelajaran semata. Tetapi, juga disampaikan tentang kiat-kiat belajar yang efektif, kiat-kiat belajar di perguruan tinggi, maupun informasi seputar perguruan tinggi.
Pada awalnya bimbingan belajar dibentuk untuk membantu siswa SMA yang baru lulus dalam menghadapi ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri. Persaingan ketat untuk mendapatkan tempat di perguruan tinggi negeri memaksa para siswa untuk mempersiapkan diri secara ekstra. Pada masa itu perguruan tinggi negeri menjadi pilihan terbaik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena belum banyak pilihan perguruan tinggi lain dan biaya pendidikan yang relatif lebih terjangkau.
Keterbatasan sistem yang berlaku di sekolah juga ikut memicu tumbuhnya berbagai bimbingan belajar. Kemampuan guru yang terbatas, kurangnya fasilitas belajar yang memadai, serta tuntutan kurikulum yang tidak realistis menyebabkan siswa mencari alternatif lain untuk belajar di luar sekolah. Sekolah juga dianggap tidak mampu menyediakan semua kebutuhan yang diperlukan siswa terlebih lagi kesiapan untuk berebut kursi di PTN yang diidam-idamkan. Peluang ini yang dilihat oleh pengelola bimbel yang kemudian direspon dengan mendirikan Bimbingan Belajar. Dari segi bisnis hal ini memang terlihat sangat menjanjikan dan menggiurkan. Selain itu segi bisnis ada pula bimbel yang didirikan dengan faktor ideologis dengan keinginan untuk mendekatkan dakwah dengan pelajar.
Salah satu tolok ukur keberhasilan suatu bimbingan belajar adalah jumlah siswa yang berhasil lulus ke perguruan tinggi negeri. Namun, hasil yang telah dicapai ini masih menyisakan pertanyaan. Seberapa besar peran bimbel membantu siswa lulus dalam SPMB. Ini bisa dilihat dari jumlah siswa  yang telah ikut mulai dari program reguler yang lulus dibanding siswa yang hanya ikut di program intensif. Menjadikan banyaknya siswa yang lolos ke PTN sebagai tolok ukur keberhasilan suatu bimbingan belajar adalah sesuatu masih perlu dipertanyakan. Bimbingan belajar tidak sepenuhnya berhak mengklaim sebagai pihak yang paling bertanggung jawab terhadap kelulusan siswa ke PTN.
Hal ini tampak dari kehadiran siswa di kelas bimbingan belajar yang tidak menentu. Selain itu perlu dilihat juga apakah mereka yang lulus merupakan siswa yang ikut semenjak program regular atau hanya ikut di program intensif saja. Kalau tolok ukur keberhasilan dilihat dari banyaknya siswa yang lolos ke PTN saja mengapa bimbingan belajar tidak fokus dengan menyelenggarakan program persiapan masuk PTN (program intensif) saja sehingga lebih kelihatan hasilnya. Jadi penyelenggara bimbingan belajar tidak dapat menggunakan keberhasilan siswa masuk ke PTN sebagai ukuran efektivitas belajar di bimbingan belajar tersebut.
Dalam hal bimbel yang berlatar belakang ideologi tidak dapat dipungkir bahwa faktor ideologi menjadi salah satu faktor penting dalam pertumbuhan dan perkembangan bimbel tersebut. Jaringan yang terbangun melalui rohis sangat penting khususnya di masa awal berdirinya bimbel tersebut untuk memperkuat posisinya. Namun, pada akhirnya kekuatan jaringan itu tidak cukup memadai untuk menopang bimbel tanpa adanya profesionalisme dan pembinaan sumber daya manusia yang kuat di bimbel. Selain itu, kekuatan jaringan justru dapat menjadi bumerang buat bimbel karena bimbel tidak dapat melihat secara riil posisi bimbel yang sebenarnya di mata konsumen dalam hal ini siswa.
Konsumen yang terbentuk melalui jaringan tidak dapat menilai secara objektif terhadap bimbel. Jadi, apakah bimbel tersebut memang benar-benar bimbingan belajar yang layak diikuti (dan perlu) masih menjadi pertanyaan besar. Merupakan suatu hal yang menggembirakan bila melihat perkembangan bimbel yang amat pesat dan menjelma menjadi bisnis yang berkembang di Indonesia. Namun, pencapaian ini akan menjadi sia-sia apabila tidak disertai dengan evaluasi dan cara pandang yang baru yang sesuai dengan perkembangan zaman.

Di dunia pendidikan yang menganut kurikulum KTSP (Kompetensi Tingkat Satuan Pendidikan) ini, siswa dituntut agar aktif untuk mencari pengetahuan tambahan selain pengetahuan dan materi-materi yang disampaikan oleh guru di Sekolah. Pada sat ini guru hanya berperan sebagai fasilitator, sedangkan yang berperan aktif adalah murid. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan,para siswa dapat mengaksesnya lewat internet, mencari buku referensi, dan dengan mempelajari pengalaman dari kehidupan mereka sehari-hari.Selain itu banyak juga diantara mereka yang ikut bimbel. Pada bimbel, mereka akan mendapatkan pengetahuan tambahan yang belum tentu mereka dapatkan di Sekolah. Pada bimbel ini mereka juga dapat mengembangkan dan membuat mereka lebih jelas terhadap pelajaran di Sekolah yang dirasa masih kurang jelas.
Bimbingan belajar biasanya terdiri dari beberapa orang yang ahli pada mata pelajaran tertentu dan memutuskan untuk bergabung membuka sebuah tempat pembelajaran sebagai tempat untuk menyalurkan kemampuan mereka. Karena outputnya yang cukup menakjubkan, membuat banyak siswa yang berminat untuk bergabung dan juga banyak orang tua yang memasukkan anaknya pada sebuah bimbel. Pada kenyataanya memang siswa yang ikut bergabung dengan sebuah bimbel memiliki pengetahuan yang lebih tinggi daripada temannya yang tidak ikut bimbel. Hal ini akan membuat mereka yang tidak ikut bimbel merasa ketinggalan. Sehingga akan timbul keinginan untuk mengejar ketinggalan mereka dengan juga ikut bergabung dengan bimbel. Disamping itu tidak semua orang tua mempunyai waktu yang cukup untuk memperhatikan, mengawasi dan mengajari anaknya. Keputusan untuk memasukkan anaknya pada sebuah bimbel merupakan jalan keluar bagi orang tua yang sangat sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Mereka telah mempercayakan kemampuan dan kelulusan anaknya pada bimbel tersebut. Mereka hanya ingin melihat hasil akhir yang baik.
Apalagi di saat-saat seperti ini. Sebentar lagi merupakan saat-saat yang paling menentukan bagi mereka yang duduk di kelas VI, IX, dan XII. Untuk mematangkan dan memantapkan kemampuan mereka dalam menghadapi ujian besuk, mereka akan berusaha dengan giat belajar dan juga berupaya dengan bergabung pada sebuah bimbel. Karena biasanya pada bimbel, mereka akan mendapatkan tips-tips untuk mengerjakan soal dengan praktis dan tepat pada sasaran dalam waktu yang singkat. Semua ulasan diatas telah membuktikan bahwa bimbingan belajar merupakan sebuah bisnis besar dari dunia pendidikan Indonesia. Karena bila dikelola dengan baik, sebuah bimbel bukan hanya sebagai pekerjaan sampingan tapi juga dapat menjadi mata pencaharian utama. Namun semuanya tak terlepas dari konsekuensi. Sebuah bimbel bila ingin diminati oleh banyak siswa, mereka harus kreatif dan bisa memberikan materi-materi yang terkini. Mereka juga harus memiliki trik-trik khusus dalam menyampaikan materi, sehingga pelajar merasa nyaman dan dapat menyerap materi secara maksimal.

Keunggulan dan keuntungan waralaba bisnis pendidikan Bimbingan Belajar:
1.      Berwiraswasta dengan bimbingan standar operasional dari pusat.
2.      Berwiraswasta menggunakan "brand / merek dagang Modern Plus Bimbingan belajar & English Program" yang mempunyai visi jauh ke depan dan jaringan se Indonesia
3.      Berdasarkan data Asosiasi Franchise Indonesia : 85% pengusaha baru yang mengambil pola waralaba, dapat bertahan dan sukses pada 5 tahun pertama
4.      Secara keseluruhan, mampu mencapai skala ekonomi besar sehingga mendapatkan nilai ekonomi yang menguntungkan terutama dari segi budget promosi
5.      Memberikan kesempatan lebih berhasil pada pengusaha pemula
6.      Terjadinya transfer pengetahuan
7.      Usaha Pendidikan tidak mengenal krisis dan tidak terpengaruh secara signifikan oleh dampak krisis ekonomi karena telah menjadi kebutuhan pokok
8.      Berdasarkan data Asosiasi Franchise : Waralaba pendidikan termasuk yang paling prospektif dibanding produk waralaba lainnya
9.      Nilai investasi terus meningkat karena nilai dan biaya pendidikan juga ikut meningkat. Disamping itu mendatangkan profit, usaha ini memberikan sumbangan besar kepada bangsa dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan menumbuhkan UKM dan melahirkan wiraswasta baru. Maka dapat disimpulkan bahwa berbisnis dengan pola waralaba lebih menguntungkan dan biaya investasi yang sangat ringan.


Hambatan Dalam Memulai Proses Bisnis:
1.      Pemikiran akan kegagalan akan memulai proses bisnis
2.      Lembaga pendidikan di Indonesia tak mampu membentuk wawasan, sikap, dan mental produktif.
3.      Kusutnya sistem perundangan dan birokrasi yang menghambat proses berkembangnya iklim wirausaha.
4.      Wirausaha belum dihargai sebagai layaknya suatu profesi yang penting dan membanggakan. Banyak sudah contoh wirausahawan sukses di Indonesia. Hanya saja, penghargaan dan perhatian yang tinggi terhadap seseorang yang mau merintis usaha tak begitu menggembirakan.
5.      nformasi tentang entrepreneur pun belum merata di tengah masyarakat. Padahal, sebagaimana lazimnya manusia, untuk memulai sesuatu orang butuh informasi yang memadai. Informasi yang akurat juga akan membuat orang bersemangat dalam berwirausaha. Ini di dunia nyata. Berbeda dengan di dunia online.
6.      adanya hambatan lain yang bersifat pribadi berupa mental yang tidak siap bersaing dalam bisnis, moral, karakter, fisik, dan tradisi, juga ikut menghambat perkembangan dunia wirausaha.





Sumber – Sumber:
5.      http://www.sudeska.net/2009/12/21/kendala-ber-wirausaha-di-indonesia/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar