Minggu, 12 Desember 2010

- Wrestina Nasita Melo (080213001)


Bisnis Pengetahuan

Ilmu pengetahuan sudah menjadi suatu kewajiban bagi semua orang untupada dimiliki zaman dimana ilmu tersebut semakin berkembang. Orang yang tidak berilmu, tidak akan berkembang, baik dalam sisi sosial (pergaulan), nuraniah (kepuasan hati) maupun sisi finansial.
Berbagai tuntutan akan pengetahuan, terutama dalam pekerjaan, membuat orang-orang berusaha mendapatkan pengetahuan tersebut apapun caranya. Salah satu cara yang paling manjur adalah dengan menuntut ilmu di sekolah kemudian dilengkapi dengan mendaftar ke tempat-tempat kursus (les) yang bersifat akademik maupun akademik.
Menurut Marleen Huysman dan Dirk de Wit (Husyman 2003), ada 3 tipe sharing pengetahuan. Hal itupun dapat dianggap sebagai 3 macam cara untuk mendapatkan pengetahuan. Yang pertama, knowledge exchange. Cara mendapatkan pengetahuan ini dijalankan dengan saling bertukar ilmu pengetahuan yang dimiliki. Kedua, knowledge retrieval, yaitu cara mendapatkan pengetahuan dengan mencari informasi tentang pengetahuan yang diperlukan.
Cara yang terakhir adalah knowledge creation yang mengharuskan kita untuk membuat atau menciptakan sendiri informasi (pengetahuan) tentang sesuatu. Cara tersebut dapat dilakukan dengan mengumpulkan data, membuat eksperimen, menganalisis lalu menyimpulkannya menjadi suatu ilmu yang baru. Dengan kata lain, jika kita menggunakan metode knowledge creation berarti kita telah berlaku sebagai produsen pengetahuan dan juga sekaligus sebagai konsumen pengetahuan karena kita tentu saja akan menggunakan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. What does the knowledge mean if people won’t use it? Kalaupun ilmu itu belum dikenal, kita sendiri bisa menjadi promotor bagi penemuan kita. Well, kita bisa menjadi trend setter bagi untuk hasil ciptaan kita. Misalnya, yang dilakukan oleh Thomas Alva Edison. Siapa yang menyangka bahwa beliau sebenarnya adalah pengusaha besar  yang sukses? Selain membagi ilmu pengetahuannya, beliau juga mendirikan berbagai perusahaan yang memproduksi hasil temuannya, seperti Lansden Co. (mobil/otomotif), Battery Supplies Co. (baterai), Edison Manufacturing Co. (baterai dsb), Edison Portland Cement Co. (semen dan beton), North Jersey Paint Co. (cat), Edison General Electric Co. (alat listrik dll), dan banyak lainnya. Salah satu yang masih berjaya sampai sekarang adalah General Electric.
Selain sekolah, ilmu pengetahuan juga tidak lepas dari peranan buku. Dengan adanya buku, orang yang tidak bersekolah pun dapat mengembangkan kemampuannya dan bukan tidak mungkin seseorang bisa menjadi sukses tanpa sekolah – modalnya hanyalah rajin membaca. Henry Ford, pemilik perusahaan General Motor, bahkan mengatakan bahwa dia pasti akan mendapatkan kembali semua hartanya dalam waktu 5 tahun ketika ditanya oleh wartawan bagaimana jika harta yang dikumpulkannya selama puluhan tahun tersebut hilang. Beliau begitu yakin dengan jawabannya karena, menurutnya, karena sebenarnya harta yang paling penting dan paling berharga miliknya adalah cara berfikir dan bertindak cerdas secara finansial. Hartanya akan kembali dengan cepat karena ia memiliki pengetahuan, apalagi dengan pengalamannya yang selama berpuluh-puluh tahun hingga menjadi sukses. Beliau akan sanggup mengulangnya dari awal.
Ilmu pengetahuan dapat juga didapat dari media elektronik, misalnya berita-berita ataupun video/film dokumenter yang ditayangkan di televisi. Bahkan iklan dan film pun bisa  menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi penonton/pemirsa yang teliti dan optimis bahwa ada pesan di dalam dua jenis tayangan tersebut.
Saat ini, perkembangan teknologi telah mempermudah manusia untuk memenuhi kebutuhannya akan pengetahuan. Ketiga cara mendapatkan ilmu pengetahuan seperti yang telah dibahas sebelumnya dapat dilakukan dengan membuka situs sendiri – blog ataupun web – di internet. Hal ini pun akan lebih mudah lagi karena sifat internet yang real time dimana kita dapat melihat langsung tulisan yang baru dibuat tepat setelah writer meng-upload-nya di internet. Begitu pula sebaliknya, user dapat seketika membaca artikel kita tidak lama setelah kita meng-upload-nya di situs kita. Semua itu dapat mempersingkat waktu dan jarak kita dengan apa yang ingin kita ketahui.
***
Bisnis pengetahuan merupakan suatu bentuk bisnis yang melakukan kegiatannya dalam bidang pengetahuan. Berbagai tuntutan akan pemenuhan ilmu memotivasi sejumlah pihak untuk menciptakan berbagai macam cara untuk membagi atau menyalurkan ilmu yang dimilikinya dan tidak disangkal lagi, bagi sebagian orang, hal tersebut bisa menjadi sebuah bisnis. Mencetak berpuluh, ratus maupun beribu eksemplar buku kemudian menjualnya kepada konsumen yang memerlukan. Atau, memproduksi sejumlah copy-an film...
Usaha penyaluran ilmu ternyata juga disebabkan oleh kebiasaan berbagi pengetahuan yang melekat pada diri seseorang. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Dosen Psikologi UGM, Avin Fadilah Helmi, S.Psi, M.Si. Beliau melakukan penelitian terhadap mahasiswa-mahasiswanya dan menyimpulkan bahwa faktor utama perilaku inovatif adalah berbagi pengetahuan melalui pendekatan kelompok. Dengan begitu, seseorang yang menyadari jika temannnya membutuhkan sesuatu, maka ia akan membagi ilmu yang dimilikinya untuk membantu menyelesaikan masalah temannya.
Dalam perkuliahan, saya mendapatkan bahwa orang yang berbagi pernyataan, sejatinya, telah menjadi seorang produsen pengetahuan. Apapun pernyataan itu. Bahkan jika kita meng-update status di Facebook atau men-twit di Twitter, berarti kita telah berbagi pengetahuan kepada sesama pengguna. Misalnya saja, ketika kita mengatakan bahwa ada buku menarik di Toko Buku Gramedia. Hal serupa juga dapat dilakukan pada saat kita menandai sebuah tempat di jejaring Google Earth.
Ilmu pengetahuan sangat penting bagi manusia. Begitu pentingnya sampai manusia rela mengeluarkan sejumlah uang untuk mendapatkannya. Contohnya, ya itu tadi, mendaftarkan diri di sekolah, membeli buku dan kaset film. Film, tentu saja, untuk memutarnya, kita harus memiliki televisi (dan pemutar film) atau komputer. Bayangkan berapa yang harus dikeluarkan. Tapi, itu bukanlah masalah karena manusia telah mendapatkan cara untuk menghasilkan uang, yaitu dengan memiliki pengetahuan. Akan tetapi, pengetahuan ini pula tidak hanya bersifat tulisan atau suara atau visual. Pengetahuan juga dapat dimiliki dengan mempelajarinya dari orang lain (bekerja pada orang lain) kemudian mempraktekkannya atau mengembangkannya sesuai dengan kreatifitas masing-masing individu.
Adanya internet membuat banyak orang melakukan pekerjaannya melalui fasilitas tercanggih tersebut. Kebanyakan menggunakan sistem (metode) Pay per Click dimana writer akan memperoleh bayaran setiap pembaca mengklik atau membuka dan membaca situsnya. Apalagi jika pembaca memutuskan untuk men-download file-nya. Bahkan, ada pihak produsen yang memang bermaksud untuk menjual pengetahuan yang dibuatnya. Sebagian besar, produk yang dijual adalah berupa e-book ataupun aplikasi (software).
e-book yang dijual biasanya adalah buku yang ditulis oleh pengarang-pengarang yang terkenal dan berisi informasi-informasi penting dan bermanfaat, baik untuk keperluan bisnis, sekolah maupun keperluan lainnya. Sedangkan aplikasi yang dijual biasanya adalah aplikasi yang digunakan untuk keperluan-keperluan bisnis ataupun aplikasi yang memiliki fitur yang lengkap dan sangat efisien (untuk aplikasi antivirus, yang biasanya dijual adalah yang memiliki kemampuan sangat bagus untuk mendeteksi dan menghapus berbagai macam virus).
***
Bisnis pengetahuan diaplikasikan oleh sejumlah pihak, di antaranya Microsoft Company yang dijalankan oleh Bill Gates dan Wharton School, unit sekolah bisnis dari Universitas Pennsylvania (beralamat web di: www.wharton.upenn.edu), yang berlokasi di Philadelphia.
Bill Gates menemukan dan kemudian menjual produknya berupa software komputer, seperti program-program Windows. Kegiatan bisnisnya ini pun maka bisnis komputer menjadi semakin marak. Hal itu juga telah memulai sistem pengajaran dan pembelajaran yang lebih baik dan semakin berkembang. Pendidikan formal tidak lagi terbatas mengajarkan program aplikasi komputer, tetapi mereka semakin banyak menyediakan paket pendidikan komputer (Bahri, S. 2009). Bahkan pengajaran komputer yang dulu banyak diajarkan, kini tidak ada lagi. Materi mengenai WordStar dan Lotus sudah tidak ditemukan lagi saat ini karena sudah digantikan dengan materi lain yang sejenis namun lebih efisien dan lebih menarik tampilannya, seperti SPSS, Excel, dan Microsoft Word.
Hal serupa dilakukan oleh Wharton School. Sekolah ini menjual jasa akses ke salah satu fasilitas andalannya, yaitu Wharton Research Data Services (WRDS) kepada sekolah-sekolah bisnis yang menjadi pesaingnya. Layanan tersebut menyediakan akses online bagi sekumpulan database keuangan dan akuntansi serta berbagai alat (tools) untuk menganalisis statistik, dan kemudian dijual dengan pola berlangganan. Sekarang, sudah lebih dari 6 lusin sekolah bisnis di seluruh dunia – termasuk para pesaing top, seperti Harvard Business School, Stanford Business School, dan Kellog School of Management – membeli akses ke WRDS dengan biaya langganan US$ 30 ribu/tahun.
Oleh: Wrestina Nasita Melo (080213001)
Sumber:
Anonim. 2003. Ketika Sekolah Bisnis “Berbisnis” Pengetahuan. http://swa.co.id/2003/06/ketika-sekolah-bisnis-berbisnis-pengetahuan/.  [December, 3rd 2010. 9:57 am].
Bahri, S. 2009. Bisnis Memasok Ilmu Pengetahuan. http://kulinet.com/baca/bisnis-memasok-ilmu-pengetahuan/860/. [December, 3rd 2010. 9:37 am].
Grehenson, G. 2010. Kebiasaan Berbagi Pengetahuan Tingkatkan Peerilaku Inovatif Seseorang. http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=2998. [December, 3rd 2010. 9:45 am].
Hakim, R. 2008. Bisnis Itu Permainan, Bukan Ilmu Pengetahuan. http://indrayogi.multiply.com/reviews/item/171.  [December, 3rd 2010. 9:38 am].
Yulianto, E. 2010. Pengalaman danPengetahuan. http://motivasi.petamalang. com/pengalaman-dan-pengetahuan/. [December, 5th 2010. 9:29 am].







Tidak ada komentar:

Posting Komentar