Minggu, 12 Desember 2010

Nama : Putgani Ayub Tamudia NRI : 070213071




BISNIS INFORMASI

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan pesat teknologi informasi menempatkan sistem informasi
sebagai elemen penting dalam aktivitas sehari-hari. Salah satu tren dalam
teknologi informasi adalah pemanfaatan internet. Internet sebagai jaringan
komputer global mempunyai fungsi yang penting yaitu sebagai media informasi
telekomunikasi, sebagai media perdagangan elektronik dan lain sebagainya.
Jaringan tersebut menghubungkan sumber daya-sumber daya komputer yang
tersebar secara geografis diseluruh dunia.
Internet memberi kesempatan pada pemakai diseluruh dunia untuk berkomunikasi
dan memakai bersama sumber daya informasi, sehingga sejumlah besar informasi
yang up to date dapat diakses oleh orang-orang diseluruh dunia. Melalui internet
kita dapat berkomunikasi dengan orang-orang dari negara-negara yang berbeda,
bekerja sama dan memakai sumber daya informasi. Sumber daya informasi itu ada
karena beberapa orang atau beberapa kelompok memberikan waktu, usaha dan karya berguna dan membuatnya tersedia untuk setiap pemakai diseluruh dunia.
Internet adalah forum global pertama dan perpustakaan global pertama dimana
setiap pemakai dapat berpartisipasi dalam segala waktu. Informasi yang disajikan
dalam internet berupa halaman-halaman web (web page) yang dirangkaikan
menjadi situs web (website) yang dibentuk oleh perusahaan-perusahaan, pribadi,
atau institusi penyedia jasa seperti bidang jasa pendidikan, kesehatan, hiburan,
ekonomi, dan yang lainnya.
Berbagai fasilitas tersebut bermanfaat untuk pengguna baik umum
maupun kalangan akademis, dalam hal ini adalah mahasiswa, karena bisa
dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar dan penelitian.
Kalangan akademik yang mempunyai kemampuan menggunakan internet dan
memahami cara kerjanya akan sangat terbantu kinerjanya. Permasalahan yang
timbul dalam dunia pendidikan adalah kekurangan referensi dan informasi akibat
terbatasnya jumlah sarana belajar. Ketersediaan buku-buku di perpustakaan
terutama pada lembaga pendidikan swasta cukup memprihatinkan dan sangat jauh
dari harapan jika yang menjadi tujuan adalah melahirkan sarjana-sarjana yang
berkualitas dari universitas. Hal ini dapat diatasi dengan adanya internet yang
bisa diakses oleh akademisi di perguruan tinggi.
Informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan saat ini atau saat mendatang. Informasi merupakan kumpulan data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerima. Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya.


B. Pembatasan Masalah
Dalam makalah ini akan digambarkan Bisnis Informasi apakah sebaiknya dikuasai oleh pemerintah (sebagai infrastruktur) atau dapat digunakan sepenuhnya oleh individu atau kelompok masyarakat (sebagai komoditi).

D. Tujuan Penyusunan Karya Tulis
1.    Kemajuan teknologi telekomunikasi dan informatika
2.    Bisnis Informasi sebagai infrastruktur atau sebagai komoditi.
2.    Globalisasi ekonomi yang menempatkan telekomunikasi sebagai jasa yang diperdagangkan dan sebagai sarana vital bagi sebagian besar jasa lainnya
3.    Datangnya masyarakat informasi yang menempatkan informasi menjadi faktor produksi yang amat strategis

C. Pembahasan
Kemajuan teknologi telekomunikasi dan informatika
Pergeseran jasa telekomunikasi dewasa mi diawali dengan adanya konvergensi antara teknologi telekomunikasi, informatika dan elektronika yang memuncak di awal tahun 90-an. Masyarakat pengguna jasa telekomunikasi sudah tidak lagi mengharapkan jasa telekomunikasi hanya sebagai sarana penghubung suatu lokasi dengan Iokasi Iainnya yang berjarak cukup jauh untuk berkomunikasi atau berbicara.

Perkembangan IT se,vices selanjutnya sangat ditentukan oleh perkembangan komponen-komponen IT itu sendiri, yaitu teknologi telekomunikasi (yang lebih dikonotasikan sebagai teknologi jaringan atau kanal informasi), teknologi komputer (bertitik berat pada perkembangan perangkat Iunak) dan teknologi elektronika. Beragam bentuk Iayanan dan informasi yang dibutuhkan masyarakat telah mendorong berkembangnya teknologi jaringan telekomunikasi berdasarkan kriteria yang beragam pula, seperti masalah keamanan, keandalan, kecepatan, cakupan, personalitas, portabilitas, dan harga. Maka muncul Iah teknologi-teknologi barn seperti IN, ISDN, frame relay, ATM, SDH, HFC, GSM, CDMA, ADSL hingga pada teknologi satelit. Tantangan bagi industri telekomunikasi selanjutnya adalah
bagaimana menyediakan kanal informasi yang sesuai kebutuhan, murah, efisien dan andal.

Peran industri komputer, terutama industri perangkat Iunak, sangat menentukan dalam memunculkan Iayanan-Iayanan barn. Sejumlah vendor besar dalam industri perangkat Iunak dewasa mi tengah bersaing dalarn menciptakan dan merebut pasar Iayanan-Iayanan baru berbasis IT. Disamping itu, perusahaan-perusahaan jasa di berbagai sektor tengah bersaing juga untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada para kastememya dengan menerapkan layanan berbasis IT services.

Sedangkan industd elektronika sangat berperan dalam menghasilkan perangkat­perangkat janngan dan terminal jasa telekomunikasi yang berkemampuan tinggi. Karaktenstik perangkat terminal jasa telekomunikasi selanjutnya sangat menentukan kepada tingkat aksesibilitas Iayanan dan tingkat pemanfaatan Iayanan oleh para penggunanya.



Pergeseran barn teknologi telekomunikasi kini sedang terjadi yang didorong oleh perkembangan teknologi internet yang secara drastis telah mernbah paradigma telekomunikasi dad voice centric menjadi data centric.
Beberapa riset menunjukkan bahwa voice traffic pada tahun 2001 hanya akan tinggal 2% dad keselurnhan trafik yang terjadi yang diramalkan akan didominasi oleh trafik data. Pertumbuhan trafik data sendiri akan meningkat secara drastis sekitar 10-25 kali dibandingkan trafik voice pada 3 tahun ke depan.

Pergeseran mi membawa dampak yang signifikan terhadap industd telekomunikasi konvensional yang selama mi didominasi oleh industri perangkat keras. Dominasi industri mulai bergeser dad perangkat keras ke perangkat Iunak baik software maupun content.

Perkembangan industri telekomunikasi dan informasi di atas, baik dad sisi teknologi maupun Iayanan, menuntut adanya pembaharuan regulasi dan peran para pelaku (network/service/content provider) dalam bisnis jasa telekomunikasi dan informasi.


Globalisasi ekonomi

Adanya globalisasi ekonomi yang diwujudkan secara konkrit dalam kesepakatan WTO, APEC dan AFTA dalam menciptakan perdagangan dunia yang bebas telah membenkan tekanan yang kuat bagi negara-negara di dunia untuk mengakhiri era monopoli sektor telekomunikasi.

Dengan berakhirnya era monopoli mi, dimulailah era kompetesi sektor telekomunikasi yang segera menciptakan suatu Iingkungan barn dan kesempatan bisnis barn bagi sektor telekomunikasi. Setiap operator jasa telekomunikasi yang bersaing bernsaha untuk memberikan Iayanan yang terbaik bagi kastamer dengan harga yang kompetitif. Persaingan mi telah menciptakan suatu peluang baru yang besar bagi vendor pembuat perangkat keras maupun Iunak untuk dalam menciptakan Iayanan-Iayanan dan teknologi-teknologi barn.

Era globalisasi telah menempatkan pula IT sebagai tulaflg punggung kegiatan ekonomi dunia karena mernpakan satu-satunya media yang dapat menyediakan layanan yang border! ess dan multidimensj. Posisi IT yang Strategis dalam percaturan
ekonomi global mi telah menjadikan jasa telekomunikasi sebagai jasa yang diperdagangkan dan sarana vital bagi sebagian besar jasa Iainnya.

Posisi strategis mi pula yang telah membuka peluang bisnis barn bagi penyedia jasa telekomunikasi dan informasi. Pernsahaan yang pada awalnya membenkan layanan data, saat mi bisa memasuki bisnis telekomunikasi dan bahkan entertainment. Perusahaan entertainment bisa memasuki bisnis telekomunikasi dan data. Dan perusahaan yang pada awalnya hanya memberikan layanan komunikasi~ saat mi bisa memberikan Iayanan entertainment dan data. Dalam penyelenggaraanya, pernsahaan-perusahaan tersebut dapat berperan sebagai network provider, service provider, content provider atau bahkan ketiganya.



Datangnya masyarakat informasi

Sejak kehadiran era informasi, kesadaran masyarakat akan pentingnya informasj terns meningkat, dan mendorong fungsi jasa telekomunikasi berubah menjadi sarana untuk mendapatkan informasi.


Bentuk-bentuk informasi yang ingin diperoleh semakin had semakin beragam, mulai dad informasi bisnis, pendidikan, komersial, hingga hiburan. Sejumlah kegiatan sehad-had yang biasa dilakukan secara manual! tatap muka, mulai beralih untuk dilakukan melalui jasa telekomunikasi, seperti transaksi bisnis, proses pengajaran jarak jauh, belanja jarak jauh, dan beberapa proses perkantoran yang sudah beralih dengan memanfaatkan jasa telekomunikasi. Maka belakangan mi sedng kita dengar
istilah e-commerce, tele-shopping, distance learning, e-banking, e-business, EDI, video conference, video on demand, multimedia dan e-govemment. Di negara­negara maju, peralihan proses mi telah membedkan nilai tambah yang begitu besar bagi pernsahaan, dalam bentuk peningkatan efisiensi dan keuntungan yang semakin besar.

Lahir dan berkembangnya Internet telah memberikan nuansa lain dad jasa telekomunikasi konvensional yang sudah Iama dikenal masyarakat sebelumnya, yaitu POTS. Industri-industri teknologi inforrnasi yang berkecimpung di Internet terns berusaha mengembangkan Iayanan-Iayanan barn melalui Internet. Bahkan sejumlah pernsahaan jasa telah menjadikan Internet sebagai salah satu tulang punggung bisnisnya. Internet memang membedkan akselerasi yang Iuar biasa terhadap pergeseran jasa telekomunikasi menjadi jasa teknologi informasi atau IT services.


Perkembangan Industri IT di Indonesia

Perkembangan internet di dunia telah membawa dampak yang signifikan bagi Industri IT di Indonesia seperti menjamurnya ISP, munculnya software house baik besar maupun kecil dan bermunculannya web commerce yang tidak pemah terbayangkan sebelumnya.

Angka pertumbuhan internet di Indonesia pada tahun 95 sebesar 700 % per tahun, sementara dunia hanya sebesar 100 %. Berdasarkan Iaporan WoiId
Telecommunication Development Report, jumlah pengguna pengguna internet pada tahun 1996 sebesar 80.000 pengguna dengan jumlah populasi PC sebanyak 940.000 dan jumlah host sebanyak 9591. Jumlah PC sampai awal tahun 1999 mi sudah mencapai 3 juta, sehingga diperkirakan jumlah pengguna internet pada tahun
1999 mi berjumlah 260 dbu. Pertumbuhan yang sangat signifikan apalagi mengingat kondisi krisis ekonomi. Pertumbuhan mi diperkirakan akan Iebih tinggi Iagi apabila tidak terjadi krisis ekonomi.

Dengan masuknya Internet dalam era komersial pada awal tahun 90-an, maka bermunculanlah situs commerce di Indonesia. E-Commerce mernpakan suatu bentuk elektronisasi atau digitalisasi berbagai bentuk proses jual beli dan berbagai bentuk transaksi bisnis Iainnya. Definisi proses jual bell dan transaksi bisnis Iamn di sini di mata produsen meliputi mengiklankan produk, menawarkan servis, membedkan cara transaksi online dengan Online Payment Systems yang balk, akses informasi secara online (seperti online seminar dan teletraining) serta beberapa aktifitas lain.

Proyeksi eStats di tahun 2000 konsumen eCommerce di dunia, akan tumbuh menjadi 92 % dad pengguna internet dan dad jumlah mi aktual transaksi tumbuh menjadi 45 % dad pengguna internet. Jika di tahun 2000 diperkirakan pengguna Internet menjadi 142 juta maka berarti 130,64 juta pengguna internet akan memiliki lifestyle eComrnerce, di mana aktual pengguna yang transaksi akan tumbuh menjadi 63,9 juta. Indonesia pada tahun 2000, diramalkan pengguna intemetnya akan tumbuh menjadi konsumen eCommerce.

Layanan informasi kini beralih kepada pemanfaatan teknologi Internet. Yellow Pages (Buku Telepon) kini bisa juga didapat pada Internet, informasi billing telkom kini juga sudah dapat dinikmati melalui Internet.
Tidak menutup kemungkinan Iayanan telekomunikasi lain juga dapat memanfaatkan teknologi Internet, Voice Over IP dan Fax Service via Internet serta jasa-jasa telekomunikasi Iainnya.

Semakin banyaknya kegiatan pemanfaatan perangkat telekomunikasi yang ada menyebabkan arah percepatan Teknologi Informasi di Indonesia bergerak ke pengembangan perangkat lunak dan kontent yang memanfaatkan teknologi telekomunikasi yang ada.

Berkembangnya industd perangkat Iunak dan kontent juga diakibatkan oleh karena adanya kebutuhan dad beberapa pihak terhadap informasi dalam format yang Iebih sesuai untuk kepentingannya. Kebutuhan tersebut diakomodasi oteh perangkat Iunak sebagai pengolah data/informasi dan softwarenya lebih dikenal sebagai suatu Decision Support System (DSS).

Kalau industri software dan kontent di Indonesia menunjukkan kurva tumbuh, tidak demikian halnya dengan industd dalam neged hardware konvensional telekomunikasi. Dengan pesatnya perkembangan teknologi telekomunikasi dan informasi, industn perangkat keras dalam negeri banyak mengalami kemunduran, karena tidak didukung dengan kapital yang besar dan dukungan R&D yang kuat


Strategi pembangunan industri IT di Indonesia

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, jasa telekomunikasi di Indonesia saat mi pun sudah mengalami pergeseran menuju Iayanan informasi. Sehingga perkembangan jasa telekomunikasi sangat ditentukan oleh ketiga unsur industn pendukung teknologi inforrnasi.

kondisi kdsis yang tengah dialami bangsa Indonesia membuat hampir semua sektor industri di Indonesia mengalami masa-masa sulit, terutama bagi industri yang
membutuhkan modal dan biaya operasi yang tinggi. Hal yang sama juga dialami industd IT. Sejumlah pernsahaan yang bergerak di bidang pengembangan perangkat keras, khususnya industri elektronika dan perangkat telekomunikasi, mengalami defisit yang luar biasa. Namun secara kontradiktif, ada suatu perkembangan yang hams tems berlangsung di bidang jasa telekomunikasi. Kondisi lain yang tidak mendukung adalah berjayanya pemain-pemain besar dunia di bidang industri elektronika dan telekomunikasi di Indonesia. Mereka memang hams diakui dapat menawarkan produk-produk perangkat keras yang balk dalam segala aspek selain memang perkembangan teknologi informasi di Indonesia sudah dalam kendali mereka.

Suatu celah yang masih terbuka Iebar adalah penyediaan content dalam pengembangan jasa telekomunikasi barn. Industd yang kompeten dalam penyediaan content adalah industd perangkat Iunak. Industd mi membutuhkan investasi yang relatif kecil dibandingkan industri IT lain yang bersifat hardware. Investasi yang paling utama dalam industd perangkat lunak adalah kemampuan sumber daya manusia. Saat mi sudah banyak pergurnan tinggi yang setiap tahunnya menghasilkan ratusan hingga dbuan sumber daya manusia profesional di bidang pengembangan perangkat Iunak. Jadi dad sisi penyiapan sumber daya manusia, industd perangkat Iunak di Indonesia memiliki potensi yang baik.

Permasalahan selanjutnya adalah mencad cara yang efektif untuk mengoptimalkan sumber daya manusia bidang pengembangan software yang berpotensi dalam mendukung pengembangan jasa telekomunikasi. Salah satu kunci keberhasilannya adalah tumbuh subumya inovasi dan kuatnya R&D telekomunikasi. Jasa-jasa telekomunikasi barn di negara-negara yang sudah lebih maju, seperti Jepang dan Singapura, Iahir karena inovasi yang begitu subur serta kuatnya dukungan R&D telekomunikasi untuk mewujudkan inovasi-inovasi tersebut. Untuk dapat Iahir sebagai suatu jasa barn, maka suatu inovasi perlu mendapatkan dukungan investasi. Sebagian investasi dibutuhkan untuk kegiatan R&D tersebut. Namun di tengah kondisi knsis yang masih melanda Indonesia, investasi yang besar jelas mernpakan sesuatu yang tidak mungkin. Dengan demikian kuncinya terdapat pada pengembangan perangkat Iunak yang membutuhkan investasi jauh Iebih kecil.

Lambat laun, namun pasti, pertumbuhan jasa telekomunikasi barn tersebut akan membedkan kontdbusi yang berharga bagi perekonomian bangsa. Di saat kondisi sudah membaik, maka industri elektronika dapat kembali tumbuh untuk membenkan akselerasi yang Iebih tinggi pada perkembangan jasa telekomunikasi.


Usulan Kebijakan

Dengan melihat kondisi industri IT dalam negeri dan trend global IT, muncul beberapa tantangan dan peluang bagi industri IT dalam negeri untuk tumbuh dan bersaing dalam indusri IT global.

Beberapa kebijakan yang perlu difokuskan agar industri IT dalam neged mencapai daya saing global adalah sebagai berikut:


     Mengarahkan investasi pada sektor industri teknologi Informasi

Dalam masa perkembangan teknologi yang sangat cepat seperti saat mi hampir tidak mungkin rasanya Indonesia ‘mengejar’ ketertinggalan teknologi dalam bidang manufaktur/hardware. Kesulitan mi muncul tidak hanya karena semakin
cepatnya perkembangan teknologi yang sangat cepat tetapi juga karena untuk memajukan suatu industd manufaktur dengan teknologi tinggi dibutuhkan biaya yang sangat besar.


Berbeda dengan industri manufaktur, industri teknologi informasi walaupun berkembang dengan sangat cepat tetapi ref atif masih dapat ‘dikejar’ dengan biaya yang Iebih realistis bagi Indonesia saat in Sifat teknologi informasi yang ‘Iebih terbuka’ juga memungkinkan Indonesia untuk dapat bersaing dalam memperoleh informasi mengenai teknologi informasi dengan Iebih mudah dan cepat (sesuai dengan sifat dad teknologi inforrnasi itu sendid).

Pernbahan arah dad industd telekomunikasi, informasi dan elektronika di Indonesia dad ‘hardgoods’ kepada industri yang berorientasi kepada ‘softgoods’ bisa dilakukan oleh industd telekomunikasi, informasi dan elektronika yang ada saat mi dengan mengubah ‘fokus’ keahlian sumber daya manusianya. Perubahan tersebut dapat dilakukan dengan biaya yang relatif Iebih kecil dad biaya yang dibutuhkan untuk melakukan investasi di industd manufaktur.

     Meningkatkan dan mengefektifkan fungsi Research and Development khususnya dalam teknologi informasi

Salah satu ketertinggalan yang utama dan bangsa indonesia dalam industri teknologi telekomunikasi, informasi dan efektronika adalah masalah penguasaan teknologinya. Untuk mengejar ketertinggalan tersebut perlu dilakukan perubahan alokasi anggaran di masing-masing industri telekomunikasi, informasi dan elektronika dengan meningkatkan porsi untuk Research and Development.

Secara keselurnhan saat mi porsi anggaran R & D di industri telekomunikasi, informasi dan elektronika masih sangat rendah apabila dibanding dengan negara maju yang menguasai teknologi saat mi. Dengan rendahnya biaya R & D mi maka Indonesia akan semakin tertinggal dad ‘pemilik’ teknologinya. Pentingnya research and development dalam industri yang memfokuskan did pada ‘so ftgoods’ sangat berkaitan dengan modal utama yang dibutuhkan dalam pengembangan produklservice ‘softgoods’ yaitu sumber daya manusia. Dalam industd teknologi telekomunikasi, informasi dan elektronika faktor sumber daya manusia menjadi ‘modal’ utama yang sangat penting, untuk itu diperlukan serangkaian pendidikan yang didukung oleh adanya research dan pengembangan yang dilakukan secara kontinu.

     Sesegera mungkin membangun regulasi untuk menunjang 0-commerce

Sejak dimulainya perdagangan barang melalui cara tradisional di pasar kemudian proses perdagangan yang dipercepat dengan memanfaatkan angkutan sebagai saran perpindahan barang sampai pada saat mi perdagangan yang memanfaatkan kecepatan cahaya (internet) untuk rnelakukan transaksi, perdagangan selalu tergantung pada hukum dan aturan yang berlaku antara pembeli dan penjual.

Dengan munculnya teknologi infomasi sebagai sarana melakukan perdagangan maka munculah beberapa masalah yang tadinya tidak ada dalam perdagangan sebelumnya seperti perdagangan lintas negara. Dengan adanya perdagangan Iintas negara mi seorang pembeli dapat membeli produk dan negara manapun tanpa perlu bertemu dengan produsennya, hal mi akan semakin kompleks
apabila produk yang dibeli adalah barang (hardgoods) karena menyangkut regulasi eksport import dad sautu negara ke negara lain.


Dafam hal regulasi mi banyak pihak bersepakat bahwa dunia perdagangan virtual me!alui teknologi informasi mi sebaiknya diatur oleh suatu regufasi yang tidak terlafu mengikat karena justru akan menghambat perturnbuhan perdagangan itu sendin. Untuk itu ada beberapa prinsip yang hams diperhatikan dalam menciptakan regulasi untuk perdagangan yang memanfaatkan teknologi informasi mi:

     Sektor swasta hams mengambil peran utama dalam mengembangkan regulasi dalam perdagangan ml, karena internet adalah ‘market driven arena’ dan bukan ‘regulated arena’ yang dad awalnya muncul karena dorongan pasar. Pada awalnya pasar atau perdagangan di internet memang muncul dad kebutuhan pasar itu sendiri tanpa adanya dorongan atau campur tangan pemedntah, sehingga sektor swasta sebagai pihak yang memunculkan perdagangan mi hams mengambil Iangkah terdepan untuk menciptakan aturan lingkungannya.

     Terlalu banyak Iarangan akan menghambat perkembangan perdagangan karena yang diperlukan dunia perdagangan virtual mi sebenarnya adalah sekedar aturan main untuk meingkatkan kepercayaan penjual dan pembeli.

     Keterlibatan pemerlntah dalam menciptakan aturan main sebaiknya ditujukan untuk mendukung terciptanya Iingkungan hukum yang mudah dan simple untuk perdagangan elektronis. Dalam hal mi pemerintah diharapkan dapat menciptakan aturan yang dipermudah terutama dalam proses pembuktian suatu transaksi yang bergeser dad hardcopy kepada format digital.

     Regulasi yang mengatur perdagangan dengan rnemanfaatkan teknologi informasi hams mempertimbangkan regulasi di negara lain karena perdagangan mi mernpakan perdagangan global yang tidak mengenal batas negara.


CONTOH BISNIS INFORMASI
Data Center yang secara harafiah berarti pusat data, adalah suatu fasilitas untuk menempatkan sistem komputer dan equipment-equipment terkait, seperti sistem komunikasi data dan penyimpanan data. Fasilitas ini mencakup catu daya redundant, koneksi komunikasi data redundant, pengontrol lingkungan, pencegah bahaya kebakaran, serta piranti keamanan fisik.
Pada era ICT Information and Communication Technology saat ini, Data Center telah menjadi satu issue penting di dunia, khusunya bagi para pelaku bisnis. Sebagai inti dari layanan bisnis, maka Data Center harus mampu memberikan layanan optimal, sekalipun terjadinya suatu bencana, sehingga bisnis dalam suatu korporasi harus tetap bertahan hingga menghasilkan laba. Berawal dari peran Data Center yang sangat signifikan, serta dikaitkan dengan berbagai issue yang ada pada Data Center saat ini, terutama Disaster Recovery Planning, maka kajian secara komprehensif dan holistik mengenai Data Center, telah menjadi critical issue bagi suatu institusi bisnis sebagai User dan profitable issue bagi produsen penyedia infrastruktur dan equipment Data Center.
Secara umum Data Center terbagi dua berdasarkan fungsinya : Internet Data Center, biasanya hanya dioperasikan untuk kebutuhan Internet Service Provider dan Corporate Data Center, dimiliki oleh suatu korporasi atau institusi, untuk mengoperasikan proses bisnis, dengan menggabungkan layanan Internet dan Intranet.
Aspek-aspek yang harus diperhatikan saat mendesain dan merencanakan Data Center adalah : Lokasi yang aman serta memenuhi syarat sipil bangunan, geologi, vulkanologi dan topografi. Mempunyai sistem cadangan, untuk sistem catudaya, pengatur udara/lingkungan dan komunikasi data. Serta menerapkan tata kelola standar Data Center, meliputi : Standar Prosedur Operasi, Standar Prosedur Perawatan, Standar dan Rencana Pemulihan dan Mitigasi Bencana, serta Standar Jaminan Kelangsungan Bisnis.
Kriteria perancangan sebuah Data Center yang ideal : Availability atau Ketersediaan Data Center diciptakan untuk mampu memberikan operasi yang berkelanjutan dan terus-menerus bagi suatu perusahaan baik dalam keadaan normal maupun dalam keadaan terjadinya suatu kerusakan yang berarti atau tidak. Data Center harus dibuat sebisa mungkin mendekati Zero-Failure untuk seluruh komponennya. Scalability dan Flexibility Data Center harus mampu beradaptasi dengan pertumbuhan kebutuhan yang cepat atau ketika adanya servis baru yang harus disediakan oleh Data Center tanpa melakukan perubahan yang cukup berarti bagi Data Center secara keseluruhan. Security Data Center menyimpan berbagai aset perusahaan yang berharga, oleh karenanya sistem keamanan dibuat seketat mungkin baik pengamanan secara fisik maupun pengamanan non-fisik.
Tier atau Level pada Data Center merupakan perancangan Data Center yang berangkat dari kebutuhan yang ada, dan kemudian didefinisikan pada berbagai perlengkapan IT yang diperlukan beserta pemilihan teknologi berbarengan dengan perencanaan infrastruktur Data Center yang lain. Menurut Telecommunication Industry Association (ANSI/TIA-942), ada 4 Tier atau 4 Level dalam dalam perancangan Data Center, yang setiap tiernya menawarkan tingkat availabilitas yang berbeda disesuaikan dengan kebutuhan suatu Data Center, diantaranya : Tier-I (Basic), Tier-II (Redundant Components), Tier-III (Concurently Maintainable) dan Tier-IV (Fault Tolerance).
Maraknya isu lingkungan hidup terutama Global Warming telah menjadi tema sentral saat ini, tidak terkecuali bagi pelaku bisnis teknologi ICT. Ada berbagai sorotan, gagasan, dan usulan ICT yang berbasis kepada upaya penyelamatan lingkungan hidup demi kemaslahatan umat pada masa yang akan datang, diantaranya Data Center. Selama ini, keberadaan Data Center identik dengan : kebutuhan catu daya listrik yang sangat besar untuk proses komputasi yang kontinnyu (Non Stop), yang akan berdampak pada permasalahan Energi. Menurut lembaga riset global, IDC dan Gartner. IDC menilai bahwa untuk setiap US$1 investasi piranti keras di Data Center, akan muncul tambahan biaya US$0,5 pada Power dan Sistem Pendinginan. Angka tambahan ini naik dua kali lipat dari jumlah tahun sebelumnya. Gartner bahkan memprediksi separuh dari Data Center di dunia pada 2008 akan kekurangan kapasitas Power dan Cooling akibat krisis Energi. Dari permasalahan tersebut, dibutuhkan model baru Data Center yang ramah lingkungan atau Green Data Center.
Untuk menerapkan Green Data Center, banyak hal yang harus dilakukan, diantaranya : Mengaudit efisiensi Data Center, Menggunakan UPS yang memiliki efisiensi hingga 97%, Virtualisasi Server dan Storage Data Center. Selanjutnya, lalukan konsolidasi data Server dan Storage, Penggunaan fitur Manajemen Energi pada CPU, Penggunaan Power Supply dan Voltage Regulator tersertifikasi, Adopsi distribusi Energi terefisien dan Adopsi Sistem Cooling terbaik. Dua langkah terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah menerapkan prioritas tindakan dalam mereduksi Energi sekaligus menonaktifkan peralatan ICT yang sudah dalam kondisi idle di sebuah Data Center.

Syarat Utama untuk Suatu Data Center
Disain dan perencanaan data center harus memperhatikan minimum aspek-aspek berikut :
  • Lokasi aman, memenuhi syarat sipil bangunan, geologi, vulkanologi, topografi
  • Terproteksi dengan sistem cadangan, untuk sistem catudaya, pengatur udara/lingkungan, komunikasi data
  • Menerapkan tata kelola standar data center meliputi :
    • Standar Prosedur Operasi
    • Standar Prosedur Perawatan
    • Standar dan Rencana Pemulihan dan Mitigasi Bencana
    • Standar Jaminan Kelangsungan Bisnis
Kategori Data Center
Berdasarkan fungsinya, data center dibagi menjadi 2 kategori umum yaitu:
  1. Internet Data Center : hanya untuk mendukung aplikasi terkait dengan Internet saja, biasanya dibangun dan dioperasikan oleh service provider atau perusahaan yang memiliki model bisnis berdasarkan pada Internet commerce.
  2. Corporate/Enterprise Data Center : mendukung semua fungsi yang memungkinkan berbagai model bisnis berjalan pada layanan Internet, intranet, dan keduanya.
Perancangan Pusat Data yang Ideal
Kriteria perancangan sebuah data center secara umum antara lain adalah:
  • Ketersediaan
    Data center diciptakan untuk mampu memberikan operasi yang berkelanjutan dan terus-menerus bagi suatu perusahaan baik dalam keadaan normal maupun dalam keadaan terjadinya suatu kerusakan yang berarti atau tidak. Data center harus dibuat sebisa mungkin mendekati zero-failure untuk seluruh komponennya.
  • Scalability dan Flexibility
    Data center harus mampu beradaptasi dengan pertumbuhan kebutuhan yang cepat atau ketika adanya servis baru yang harus disediakan oleh data center tanpa melakukan perubahan yang cukup berarti bagi data center secara keseluruhan.
  • Security
    Data center menyimpan berbagai aset perusahaan yang berharga, oleh karenanya sistem keamanan dibuat seketat mungkin baik pengamanan secara fisik maupun pengamanan non-fisik.

Servis Utama pada Data Center

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/6/62/ServisUtamaDataCenter.JPG/120px-ServisUtamaDataCenter.JPG
Servis Utama Data Center
Aspek-aspek yang mendukung kelangsungan bisnis ketika terjadi suatu kondisi kritis terhadap data center. Aspek-aspek tersebut meliputi kriteria pemilihan lokasi data center, kuantifikasi ruang data center, laying-out ruang dan instalasi data center, sistem elektrik yang dibutuhkan, pengaturan infrastruktur jaringan yang scalable, pengaturan sistem pendingan dan fire suppression
Terdiri dari sistem pengamanan fisik dan non-fisik pada data center. Fitur sistem pengamanan fisik meliputi akses user ke data center berupa kunci akses memasuki ruangan (kartu akses atau biometrik) dan segenap petugas keamanan yang mengawasi keadaan data center (baik di dalam maupun di luar), pengamanan fisik juga dapat diterapkan pada seperangkat infrastruktur dengan melakukan penguncian dengan kunci gembok tertentu. Pengamanan non fisik dilakukan terhadap bagian software atau sistem yang berjalan pada perangkat tersebut, antara lain dengan memasang beberapa perangkat lunak keamanan seperti access control list, firewall, IDS dan host IDS, fitur-fitur keamanan pada Layer 2 (datalink layer) dan Layer 3 (network layer) disertai dengan manajemen keamanan.
Akan berkaitan dengan layer 4 (transport layer) dan layer 5 (session layer) untuk meningkatkan waktu respon suatu server. Layer 4 adalah layer end-to-end yang paling bawah antara aplikasi sumber dan tujuan, menyediakan end-to-end flow control, end-to-end error detection and correction, dan mungkin juga menyediakan congestion control tambahan. Sedangkan layer 5 menyediakan riteri dialog (siapa yang memiliki giliran berbicara/mengirim data), token management (siapa yang memiliki akses ke resource bersama) serta sinkronisasi data (status terakhir sebelum link putus).
Berbagai isu yang terkait dengan hal ini adalah load balancing, caching, dan terminasi SSL, yang bertujuan untuk mengoptimalkan jalannya suatu aplikasi dalam suatu sistem.
Infrastruktur IP menjadi servis utama pada data center. Servis ini disediakan pada layer 2 dan layer 3. Isu yang harus diperhatikan terkait dengan layer 2 adalah hubungan antara ladang server dan perangkat layanan, memungkinkan akses media, mendukung sentralisasi yang reliable, loop-free, predictable, dan scalable. Sedangkan pada layer 3, isu yang terkait adalah memungkinkan fast-convergence routed network (seperti dukungan terhadap default gateway). Kemudian juga tersedia layanan tambahan yang disebut [[Intelligent Network Services]], meliputi fitur-fitur yang memungkinkan application services network-wide, fitur yang paling umum adalah mengenai QoS (Quality of Services), multicast (memungkinkan kemampuan untuk menangani banyak user secara konkuren), private LANS dan policy-based routing.
Terkait dengan segala infrastruktur penyimpanan. Isu yang diangkat antara lain adalah arsitektur SAN, fibre channel switching, replikasi, backup serta archival.
Perancangan data center berangkat dari kebutuhan yang ada, untuk kemudian didefinisikan berbagai perlengkapan IT yang diperlukan beserta pemilihan teknologi berbarengan dengan perencanaan infrastruktur data center yang lain. Ada 4 tier dalam perancangan data center yang setiap tiernya menawarkan tingkat availabilitas yang berbeda disesuaikan dengan kebutuhan suatu data center menurut TIA 942 (Telecommunication Industry Association). Berikut diberikan tabel spesifikasi setiap tier pada data center
Next Generation Data Center
Next generation data center menjadi isu utama pada data center dalam beberapa tahun ke depan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan yang meningkat pesat. Next generation data center akan bersifat service-oriented. Langkah yang dilakukan untuk menuju Next generation data center antara lain adalah:
  1. Konsolidasi, mengandung pengertian sentralisasi dan standardisasi dari semua perangkat yang ada sehingga menghasilkan suatu jaringan yang cerdas.
  2. Virtualisasi, mengatur sumber daya agar lebih efisien dan menjadi independen dari infrastruktur fisik.
  3. Otomatisasi, melakukan provisioning yang dinamis dan manajemen informasi untuk mencapai ketahanan bisnis.
  4. Business Continuance
  5. Green Data Center, yang bertujuan meningkatkan efisiensi pemakaian daya, karena konsumsi daya pusat data sudah sangat signifikan.
Layer-layer yang terdapat pada next generation data center tidak jauh berbeda dengan aspek yang terdapat pada data center umumnya, yaitu:
  • Data Center Facilities meliputi bangunan gedung yang menjamin kelangsungan bisnis saat terjadi bencana, efisiensi energi, efisiensi pendingin udara dan sistem cabling.
  • Data Center Infrastructure meliputi virtualisasi berbagai infrastruktur yaitu storage, server, jaringan, dan layanan jaringan.
  • Data Center Applications and OS meliputi integrasi aplikasi dan OS menjadi suatu infrastruktur yang tervirtualisasi.
  • Data Center Management meliputi provisioning, adaptibility, troubleshooting, dan visibility.
  • Data Center Business Process meliputi operasi data center yang bersatu padu, perubahan proses dan tim, serta tingkat keterbacaan operasi, integrasi server, storage,dan jaringan.

D. Penutup

Pergeseran kebutuhan dan kemajuan teknologi jasa telekomunikasi telah menuntut adanya pembaharnan regufasi dalam bisnis jasa telekomunikasi dan informasi. Tujuan pembaharnan tersebut tidak lain adalah untuk menciptakan lingkungan kompetisi dan meningkatkan peluang bisnis dalam industri jasa telekomunikasi dan informasi yang sesuai dengan perkembangan teknologi dan perkembangan masyarakat informasi dewasa mi. Pada akhimya pembaharnan regulasi tersebut diharapkan dapat mendukung kegiatan perekonomian Indonesia memasuki era globalisasi ekonomi mendatang. Namun pembaharnan regulasi jasa telekomunikasi dan informasi mi tidak Iah begitu berarti tanpa diikuti oleh pembaharnan regulasi di sektor lain, seperti pembaharuan regulasi sektor perdagangan untuk menunjang e­commerce, kebijakan-kebijakan yang tepat untuk menumbuhkan industri IT nasional pada arah yang sesuai juga sangat diperlukan. Pengarahan investasi pada industd IT berorientasi ‘softgoods’ sangat sesuai untuk kondisi Indonesia yang masih mengalami kesulitan dalam memperoleh kapital besar.
Hal ini didukung oleh potensi yang cukup balk pada industri perangkat Iunak jika di Iihat dan sisi ketersediaan sumber daya manusia. Optimalisasi potensi yang ada tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan dan mengefektifkan fungsi Research and Development bidang teknologi informasi. Kebijakan tersebut dapat menjadi faktor kunci keberhasilan perkembangan industri jasa telekomunikasi dan informasi nasional.
Berdasarkan Karya Tulis ini penulis Bisnis Informasi itu dapat berupa infrastruktur maupun komoditi tergantung optimalisasi potensi yang ada, namun menurut penulis jika berbicara "Bisnis" informasi maka lebih condong pada komoditi.
E. Daftar Pustaka
1. onno.vlsm.org/.../jasa-telekomunikasi-keterkaitannya-dengan-industri-telekomuni.rtf
2. http://id.wikipedia.org/wiki/Pusat_data
3. http://jalasistema.com/index.php?option=com_content&view=article&id=61&Itemid=69
4. Putgani Ayub Tamudia



Tidak ada komentar:

Posting Komentar