Senin, 29 November 2010

Ardiandty Fitria Thamin - 080 213 083 Bisnis Ketenagalistrikkan


BAB I
PENDAHULUAN

            Bisnis berasal dari dari bahasa inggris yaitu business atau busy (sibuk). Sibuk yang dimaksudkan adalah sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan. Konteks bisnis terkait pada individu, komunitas ataupun masyarakat. Bisnis dalam arti luas adalah istilah umum yang menggambarkan semua aktifitas dan institusi yang memproduksi barang & jasa dalam kehidupan sehari-hari. Bisnis sebagai suatu system yang memproduksi barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan masyarakat (bussinessis then simply a system that produces goods and service to satisfy the needs of our society) [Huat, T Chwee,1990]. Bisnis merupakan suatu organisasi yang menyediakan barang atau jasa yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan[Griffin & Ebert].
1.Aspek-aspek bisnis:
ü  Kegiatan individu dan kelompok
ü  Penciptaan nilai
ü  Penciptaan barang dan jasa
ü  Keuntungan melalui transaksi
2. Fungsi bisnis dilihat dari kepentingan mikroekonomi dan makroekonomi
a.         Fungsi Mikro Bisnis
Kontribusi terhadap pihak yang berperan langsung.
ü  Pekerja/ Karyawan
Pekerja menginginkan gaji yang layak dari hasil kerjanya sementara manajer menginginkan kinerja yang tinggi yang ditunjukkan besarnya omzet penjualan dan laba.
ü  DewanKomisaris
Memantau kegiatan dan mengawasi manajemen, memastikan kegiatan akan berjalan mencapai tujuan.
ü  PemegangSaham
Pemegang saham memiliki kepentingan dan tanggung jawab tertentu terhadap perusahaan.
b.         Fungsi Makro Bisnis
            Kontribusi terhadap pihak yang terlibat secara tidak langsung.


ü  Masyarakat sekitar perusahaan
Memberikan kontribusi kepada masyarakat sekitar sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan.
ü  Bangsa dan Negara
Tanggung jawab kepada bangsa dan Negara yang diwujudkan dalam bentuk kewajiban membayar pajak.
3. Elemen dan Sistem Bisnis
ü   Modal (capital) merupakan Sejumlah uang yang digunakan dalam menjalankan kegiatan bisnis.
ü   Bahan-bahan(materials) Merupakan faktor produksi yang diperlukan dalam melaksanakan aktifitas bisnis untuk diolah menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat.
ü   SumberDayaManusia(SDM), Kualifikasi SDM;  Memiliki kemampuan kompetitif dan berkualitast tinggi.
ü   Keterampilan Manajemen (Management Skill), sistem manajemen yang dijalankan berdasarkan prosedur dan tatakerja manajemen.

Sejarah Ketenagalistrikan di Indonesia
Keberadaan ketenagalistrikan nasional, tidak terlepas dari penemuan listrik dan teknologi pendukungnya sebelum era revolusi industri di Eropa. Berdasarkan dokumen sejarah yang dimiliki oleh Perusahaan Listrik Nasional (PLN), ketenagalistrikan nasional di perkenalkan pada masa penjajahan. Di masa pendudukan Belanda akhir abad 19 untuk pertama kalinya pembangkit tenaga listrik didirikan. Pembangkit tersebut adalah milik perusahan Belanda yaitu pabrik gula dan pabrik teh yang berfungsi untuk mendukung operasi produksinya. Sedangkan pemanfatan tenaga listrik untuk kepentingan umum dimulai oleh perusahaan swasta Belanda yaitu N V. Nign, yang semula bergerak di bidang gas dan kemudian memperluas usahanya di bidang penyediaan listrik untuk kemanfaatan umum. Pada tahun 1927 pemerintah Belanda membentuk s’Lands Waterkracht Bedriven (LWB) , yaitu perusahaan listrik negara yang mengelola PLTA Plengan, PLTA Lamajan , PLTA Bengkok Dago , PLTA Ubrug dan Kracak di Jawa Barat, PLTA Giringan di Madiun, PLTA Tes di Bengkulu, PLTA Tonsea lama di Sulawesi Utara dan PLTU di Jakarta. Selain itu di beberapa Kotapraja dibentuk perusahaan-perusahaan listrik Kotapraja.
Di masa pendudukan Jepang, segala aset yang dimiliki Belanda di Indonesia dimabil alih. Termasuk didalamnya adalah perusahaan listrik dan personel yang ada di perusahaan tersebut. Singkatnya masa pendudukan Jepang (3,5 tahun) dan politik bumi hangus yang diterapkan Jepang pada saat itu menjadikan industri ketenagalistrikan tidak berkembang pada masa era ini.
Penguasaan industri ketenagalistrikan oleh bangsa Indonesia dimulai ketika memasuki masa kemerdekaan. Dipelopori oleh pemuda, buruh, dan pegawai di perusahaan listrik dan gas dengan mengambil alih perusahaan listrik yang sebelumnya dikuasai oleh Jepang.  Kelompok buruh dan pegawai perusahaan listrik ini, kemudian membentuk delegasi untuk menghadap dan melaporkan hasil perjuangan mereka pada Komite Nasional Indonesia (KNI) Pusat yang diketuai oleh M. Kasman Singodimedjo, bulan September 2009. Selanjutnya, delegasi bersama-sama dengan pimpinan KNI Pusat menghadap Presiden Soekarno, untuk menyerahkan perusahaan-perusahaan listrik dan gas kepada pemerintah Republik Indonesia. Penyerahan tersebut diterima oleh Presiden Soekarno, dan kemudian dengan Penetapan Pemerintah No. 1 tahun 1945 tertanggal 27 Oktober 1945 dibentuklah Jawatan Listrik dan Gas di bawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga. Tanggal 27 Oktober ini kemudian ditetapkan menjadi hari Listrik dan Gas.
Penguasaan perusahaan listrik oleh bangsa Indonesia ini tidak serta merta diterima oleh Belanda. Melalui Agresi Belanda I dan II, perusahaan-perusahaan listrik dikuasai kembali oleh Pemerintah Belanda sebagai pemilik awal.  Buruh dan pegawai listrik yang tidak menerima penguasaan kembali ini kemudian mengungsi dan menggabungkan diri pada kantor-kantor Jawatan Listrik dan Gas di daerah Republik Indonesia yang tidak diduduki oleh Belanda.
Tahun 1952 Pemerintah Indonesia mengeluarkan Keputusan Presiden RI Nomer 163, tanggal 3 Oktober 1953 Tentang Nasionalisasi Perusahaan Listrik Milik Bangsa Asing di Indonesia. Nasionalisasi akan dilakukan Pemerintah Indonesia kepada perusahaan listrik asing jika waktu konsesinya habis. Lima tahun pasca duterapkannya kebijakan tersebut, Pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Nomer 86 Tahun 1958 tanggal 27 Desember 1958 Tentang Nasionalisasi Semua Perusahaan Belanda dan Peraturan Pemerintah Nomer 18 Tahun 1958 Tetang Nasionalisasi Perusahaan Listrik Dan Gas Milik Belanda.
Hal ini mengawali era penguasaan sektor ketenagalistrikan nasional oleh pemerintah. Untuk menjalankan fungsinya kemudian pemerintah membentuk Perusahaan Listrik Nasional (PLN) untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat. Pada tahun 2004 PLN yang sebelumnya merupakan perusahaan umum (Perum) dirubah statusnya menjadi Perusahaan Terbatas (PT). setahun setelah pergantian tersebut PT. PLN membentuk anak perusahaan, yaitu PT Pembangkitan Jawa-Bali I (PJB I)  dan Pembangkitan Jawa-Bali II (PJB II).





























BAB II
PEMBAHASAN

            Kehidupan modern perlu pasokan listrik. Pertumbuhan ekonomi 6 persen per tahun perlu pertumbuhan listrik 9 persen per tahun. Baru 65 persen rumah tangga di Indonesia mendapat sambungan listrik, terendah di kawasan ASEAN. Menurut Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2009-2018, perlu dana investasi 83,689 miliar dollar AS untuk dapat memenuhi kebutuhan dari 23.411 MW menjadi 57.887 MW. Upaya penyediaan tenaga listrik merupakan upaya padat modal, teknologi tinggi, dan waktu pengadaan relatif lama. Pemadaman listrik bergilir di luar Jawa-Bali yang sudah sejak lama terus terjadi terabaikan. Pemadaman listrik bergilir Oktober 2009 menyentak Ibu Kota, pusat pemerintahan di Jakarta. Semoga kegagalan secara nasional ini dapat dijadikan momentum untuk menata kembali pengelolaan listrik secara lebih profesional.
            PLN dengan cakupan wilayah kerja yang luas dan dengan jumlah pelanggan 36 juta (2008) berpotensi menjadi perusahaan listrik kelas dunia E-7 (seperti Tokyo Electric Power Company, EdF di Perancis, dan RWE di Jerman). Masalahnya, bagaimana meningkatkan mutu pelayanan (jumlah gangguan kurang dari 0,1 hari per tahun) dan tingkat perolehan ROR menjadi sekitar 10 persen per tahun. Sesuai dengan UU no 15/1985 mengenai Ketenagalistrikan, sistem kelistrikan di Indonesia ditangani oleh PLN sebagai BUMN listrik. Sistem kelistrikan  dibagi menjadi beberapa wilayah yang terinterkoneksi yaitu Sistem Jawa-Bali, Sumatera  Bagian Selatan (Riau, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan dan sebagian Riau), Sumatera bagian Utara ( Sumatera Utara dan NAD). Selebihnya di Pulau-pulau lain belum ada sistim interkoneksi seperti di Jawa dan Bali.
            Dengan terus melambungnya harga minyak dunia, dalam beberapa tahun terakhir, mendorong PLN mengalihkan pemakaian sumber energi pembangkit dari BBM ke non BBM seperti batubara, panas bumi, gas alam dan lainnya. Pemakaian batubara terus meningkat dalam lima tahun belakangan ini, jika pada 2003 total pemakaian batu bara hanya 15,2 juta ton maka pada 2007 mengalami peningkatan hingga 100% atau mencapai 31,4 juta ton. Namun ketergantungan pada BBM belum sepenuhnya dapat dilepaskan. Pemakaian BBM masih berfluktuasi, pada 2003 tercatat sebesar 7,6 juta kilo liter dan sempat naik menjadi 9,0 juta kilo liter pada 2006. Namun lemudian turun lagi menjadi hanya 5,1 juta kilo liter pada 2007 lalu. Menurunnya pemakaian BBM selain karena harganya yang kian melambung tinggi, juga berkat keberhasilan usaha PLN mengkonversi bahan bakar dari BBM ke non BBM terutama batubara. Maka dari itu PLN dan pihak terkait mencari sumber energy lain yang dapat menghasilkan listrik. Yakni dengan menggunakan sumber energy terbarukan (energy air) dan sebagainnya.

1.        Bisnis Sumber Energi Terbarukan (energy air)
Dewasa ini usaha pemanfaatan sumber daya energi air sebagai energi terbarukan menjadi sangat penting, ketika konsumsi listrik cenderung meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 10% per tahun,dari 27,7 TWh pada tahun 1990 menjadi 87,1 TWh pada tahun 2002. Dengan melihat kecenderungan peningkatan kebutuhan listrik tersebut, maka diperkirakan sampai pada tahun 2020 kebutuhan listrik akan terus tumbuh dengan laju pertumbuhan rata-rata 6,5% per tahun. Pemanfaatan sumber daya energi air sebagai energi alternatif pembangkit listrik merupakan hal yang relevan dan rasional untuk dilakukan mengingat potensinya yang cukup besar belum dimanfaatkan secara optimal. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa sumber daya ini memiliki potensi sebesar 75 GW, dimana pemanfaatannya saat ini hanya sebesar 4,2 GW atau sekitar 5,6%. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka pemerintah merencanakan pemanfaatan sumber daya energi air pada pembangkit listrik sebesar 8% antara tahun 2008 sampai tahun 2010.
Pemanfaatan energi air sebagai sumber energi untuk pembangkit listrik dilakukan dengan memanfaatkan energi air yang bergerak dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Dengan kata lain, energi potensial air pada ketinggian tertentu diubah menjadi energi kinetik sebagai akibat kecepatan yang ditimbulkan oleh pergerakan air menuju tempat yang rendah. Energi kinetik tersebut selanjutnya digunakan untuk memutar poros turbin melalui blade yang dirancang sedemikian rupa yang kemudian akan menggerakkan generator sehingga menghasilkan energi listrik dengan kapasitas tertentu. Itu semua hanya sebagian kecil dari prospek pemanfaatan energi yang kita miliki. 
Potensi konservasi energi yang dimiliki Indonesia untuk menghasilkan tenaga listrik diantaranya adalah: biofuel, biogas, biomassa, panas bumi, panas surya, angin, ombak laut, nuklir dan lain sebagainya. Tetapi dalam jangka waktu dekat ini pemerintah berdasarkan Perpres No.71/2006 memfokuskan diri untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga uap yang menggunakan batu bara (PLTU Batubara). Jumlah PLTU yang akan dibangun sampai dengan 2010 sebesar 12.375 MW (termasuk out going), terdiri dari 8.301 MW di Jawa-Bali (12 lokasi) dan 4.605 MW di luar Jawa-Bali (29 lokasi). Untuk mendukung hal tersebut pemerintah juga mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 70/2006 tentang pembebasan bea masuk atas impor barang modal dalam rangka usaha penyediaan tenaga listrik oleh swasta.
Berdasarkan data PLN tentang proyeksi pemakaian bahan bakar pada pembangkit listrik digambarkan bahwa pemakaian bahan bakar fosil (oil) pada tahun 2010 akan dikurangi pemakaiannya hingga 5% saja. Sedangkan pemakaian bahan bakar non fosil (terbarukan), pemakaiannya akan mengalami peningkatan yang sangat signifikan sampai tahun 2010, yakni gas rata-rata 20%, geotermal 6 - 7%, air 8 - 9%, dan yang terbanyak adalah batubara 40 - 60%.

2.        Bisnis Energi Panas Bumi
Indonesia memiliki sumber daya panas bumi (geothermal) terbesar di dunia. Sekitar 30 persen energi panas bumi ada di Indonesia. Energi tersebut tersebar di 65 lokasi di seluruh Indonesia. Antara lain di jalur gunung api Sumatera Jawa, Bali Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulut dan Maluku Utara yang mampu membangkitkan tenaga listrik skala besar diatas 100 mega watt (MW).
Dari segi komersial, potensi sumber daya panas bumi ini mampu membangkitkan tenaga listrik sebesar 28.000 MW. Kapasitas tersebut setara penghematan bahan bakar minyak 12 miliar barel. Untuk mencapai target rencana tersebut pembangunan PLTP harus diprioritaskan pada lapangan-lapangan panas bumi milik Pertamina. Saat ini PLTP yang sudah berproduksi sekitar 1.189 MW. Angka ini setara dengan penghematan penggunaan BBM sebesar 500 juta barel. PLTP tersebut semuanya milik PT Pertamina (Persero)
Pemerintah mentargetkan tahun 2012. kapasitas PLTP sebesar 2.000 MW dan tahun 2014 meningkat menjadi 3.900 MW. Mengapa sampai saat ini pembangunan PLTP belum berkembang atau sebagian kecil dibangkitkan? Masa lalu harga minyak terlalu rendah, sehingga PLN mencari pembangkit dengan bahan bakar murah yaitu BBM.
Kurang berkembang atau terlambatnya pertumbuhan pembangunan PLTP antara lain disebabkan harga bahan bakar minyak (BBM) relatif murah dibandingkan sumber bahan bakar seperti batubara dan panas bumi. Sehingga penggunaan BBM waktu itu lebih menguntungkan dibanding batubara, panas bumi dan sumber energi lainnya. Namun dengan adanya Peraturan Menteri (Permen) Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 31 tahun 2009 dan Nomor 32 Tahun 2009 tentang pembelian tenaga listrik oleh PLN dari pembangkit listrik panas bumi dengan harga patokan tertinggi 9,7 sens dolar AS per kwh itu bisa mengembangkan PLTP dimasa-masa mendatang.
Dari segi biaya pembangunan PLTP mmang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pembangunan pembangkit listrik diluar panas bumi seperti pembangkitan menggunakan batubara maupun gas bumi. Untuk membangun PLTP diperlukan biaya sekitar 3 juta dolarAS per MW, dibandingkan pembangunan pembangkit listrik non panas bumi yang hanya memerlukan investasi sekitar 1 juta dolar AS per MW.
Investasi tersebut digunakan mulai dari studi awal hingga PLTP berproduksi selama 30 tahun kedepan. Namun keuntungannya untuk selama 30 tahun, kita tidak perlu membeli energi, karena bahan bakar panas buminya sudah tersediam sehingga PLTP relatif lebih murah.
Selama ini harga energi selalu dikaitkan atau dikatrol oleh harga minyak mentah. Bila harga minyak mentah dunia naik, maka harga batubara juga ikut naik. Tetapi untuk panas bumi tidak perlu naik, karena harga panas bumi tidak bergantung harga minyak.

























BAB III
PENUTUP

            Energi terbaharui mendapatkan energi dari aliran energi yang berasal dari "proses alam yang berkelanjutan", seperti sinar matahari, angin, udara yang mengalir proses biologi, dan panas bumi. Untuk Aspek dari penggunaan energi terbaharui di masyarakat modern lihat pengembangan energi terbaharui. Untuk diskusi umum, lihat pengembangan energi masa depan.

a.         Energi panas bumi  berasal dari penguraian radioaktif di pusat Bumi, yang membuat Bumi panas dari dalam, dan dari matahari, yang membuat panas permukaan bumi. Dia dapat Digunakan dengan tiga cara:

§  Listrik geothermal
§  Pemanasan geothermal, melalui pipa ke dalam Bumi
b.        Pemanasan geothermal, melalui sebuah pompa panas.Energi surya  Panel surya (photovoltaic arrays) di atas yacht kecil di laut dapat Mengisi baterai 12 V sampai 9 ampere dalam cahaya matahari penuh dan langsung. Karena kebanyakan energi terbaharui pusatnya adalah "energi surya" istilah ini sedikit membingungkan. Namun yang dimaksud di sini adalah energi yang dikumpulkan langsung dari cahaya matahari.
c.         Energi angin, Karena matahari memanaskan permukaan bumi secara tidak merata, maka terbentuklah angin. Energi Kinetik dari angin dapat Digunakan untuk Menjalankan Turbin angin, Beberapa mampu memproduksi tenaga 5 MW. Keluaran tenaga Kubus adalah fungsi dari kecepatan angin, maka Turbin tersebut paling tidak membutuhkan angin dalam kisaran 5,5 m / d (20 km / j), dan dalam praktek sangat sedikit wilayah yang memiliki angin yang bertiup terus menerus. Namun begitu di daerah Pesisir atau daerah di ketinggian, angin yang cukup Tersedia KONSTAN.
d.        Tenaga udara, Udara Energi dapat Digunakan dalam bentuk gerak atau Perbedaan suhu. Udara Karena ribuan kali lebih berat dari udara, maka aliran udara yang pelan pun dapat menghasilkan sejumlah energi yang besar. Ada banyak bentuk: Hydroelectric energi, Tidal daya, Tidal stream kekuasaan, Gelombang daya, Samudera konversi energi termal (OTEC), Deep pendingin air danau,

e.       Listrik tenaga air mungkin bukan pilihan utama untuk masa depan produksi energi di negara maju karena sebagian besar situs utama di negara ini dengan potensi pemanfaatan gravitasi dengan cara ini mungkin telah dieksploitasi atau tidak tersedia karena alasan lain seperti pertimbangan lingkungan. Membangun bendungan banjir sering melibatkan daerah yang luas lahan, perubahan habitat, dan sementara energi pembangkit tenaga listrik pada dasarnya tidak menghasilkan karbon dioksida, laporan baru-baru ini telah dikaitkan PLTA ke metana, yang membentuk membusuk terendam dari tanaman yang tumbuh di bagian-bagian kering dasar pada masa kekeringan.

f.       Biomassa, tumbuhan biasanya Menggunakan fotosintesis untuk Menyimpan tenaga surya, udara, dan CO 2 </ sub>. Bahan bakar bio adalah bahan bakar yang diperoleh dari biomassa - Organisme atau produk dari metabolisme mereka, seperti tai dari sapi.























DAFTAR PUSTAKA






Tidak ada komentar:

Posting Komentar