Senin, 08 November 2010

SINTHIA PANGEMANAN-Bisnis Sinyal


MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN
NRI                : 070 213 047

SINYAL DIGITAL
Sinyal digital merupakan hasil teknologi yang dapat mengubah signal menjadi
kombinasi urutan bilangan 0 dan 1 (juga dengan biner), sehingga tidak mudah
terpengaruh oleh derau, proses informasinya pun mudah, cepat dan akurat, tetapi
transmisi dengan sinyal digital hanya mencapai jarak jangkau pengiriman data
yang relatif dekat. Biasanya sinyal ini juga dikenal dengan sinyal diskret.
Sinyal yang mempunyai dua keadaan ini biasa disebut dengan bit. Bit merupakan
istilah khas pada sinyal digital. Sebuah bit dapat berupa nol (0) atau satu (1).
Kemungkinan nilai untuk sebuah bit adalah 2 buah (21). Kemungkinan nilai untuk 2
bit adalah sebanyak 4 (22), berupa 00, 01, 10, dan 11. Secara umum, jumlah
kemungkinan nilai yang terbentuk oleh kombinasi n bit adalah sebesar 2n buah.
System digital merupakan bentuk sampling dari sytem analog. digital pada
dasarnya di code-kan dalam bentuk biner (atau Hexa). besarnya nilai suatu system
digital dibatasi oleh lebarnya / jumlah bit (bandwidth). jumlah bit juga sangat
mempengaruhi nilai akurasi system digital.
Contoh kasus. ada system digital dengan lebar 1 byte (8 bit). maka nilai-nilai
yang dapat dikenali oleh system adalah bilangan bulat dari 0 - 255 (256 nilai :
2 pangkat 8).
Kita bandingkan dengan system analog -- diantara angka 0 s/d 255 --... system
analaog dapat menghasilkan nilai sebanyak tidak terhingga (0..0,0002... dst).
Namun dengan semakin lebarnya bandwith digital (bisa hampir 3 GByte) dijaman
sekarang ini membuat semakin tipisnya perbedaan antara digital dan analog
system.

Signal digital ini memiliki berbagai keistimewaan yang unik yang tidak dapat
ditemukan pada teknologi analog yaitu :

    * Mampu mengirimkan informasi      dengan kecepatan cahaya yang dapat membuat
informasi dapat dikirim dengan      kecepatan tinggi.
    * Penggunaan yang berulang –      ulang terhadap informasi tidak mempengaruhi
kualitas dan kuantitas      informsi itu sendiri.
    * Informasi dapat dengan mudah      diproses dan dimodifikasi ke dalam berbagai
bentuk.
    * Dapat memproses informasi dalam      jumlah yang sangat besar dan mengirimnya
secara interaktif.

Kelebihan informasi digital adalah kompresi dan kemudahan utnuk ditranfer ke
media elektronik lain. Kelebihan ini dimanfaatkan secara optimal oleh teknologi
internet, misalnya dengan menaruhnya ke suatu website atau umumnya disebut
dengan meng – upload. Cara seperti ini disebut online di dunia cyber.
Siaran TV Digitaladalah  siaran TV dengan sinyalyang dikirimkan adalah sinyal
digital (digital broadcasting).
Televisi digitalatau DTV adalah jenis televisiyang menggunakan
modulasidigitaldan sistem kompresi untuk menyiarkan sinyal gambar, suara, dan
datake pesawat televisi. Televisi digital merupakan alat yang digunakan untuk
menangkap siaran TV digital, perkembangan dari sistem siaran analogke digital
yang mengubah informasi menjadi sinyal digital berbentuk bitdata seperti
komputer.
Pendorong pengembangan televisi digital antara lain:
    * Perubahan lingkungan eksternal
    * Pasar televisi analog yang      sudah jenuh
    * Kompetisi dengan sistem      penyiaran satelitdan kabel
    * Perkembangan teknologi
    * Teknologi pemrosesan sinyal      digital
    * Teknologi transmisi digital
    * Teknologi semikonduktor
    * Teknologi peralatan yang      beresolusi tinggi
Keberadaan TV Digital di Indonesia
Hampir semua stasiun TVpenyiaran baik TVRI maupun TV swasta nasional telah
memanfaatkan sistem teknologipenyiaran dengan teknologi digital khususnya pada
sistem perangkat studiountuk memproduksi program, melakukan penyuntingan,
perekaman dan penyimpanan data. Pengiriman sinyal gambar, suara dan data telah
menggunakan sistem transmisi digital dengan menggunakan pemancar. Sistem
transmisidigital melalui pemancar ini menggunakan standar yang disebut
DVB-T(Digital Video Broadcasting Terestrial).
Uji Coba TV Digital
Dari hasil uji coba siaran digital TV, teknologi DVB-T mampu memultipleks
beberapa program sekaligus. Enam program siaran dapat dimasukkan sekaligus ke
dalam satu kanalTV berlebar pita 8 MHz, dengan kualitas cukup baik. Di samping
itu, penambahan varian DVB-H(handheld) mampu menyediakan tambahan sampai enam
program siaran lagi, khususnya untuk penerimaan bergerak (mobile). Hal ini
sangat memungkinkan bagi penambahan siaran-siaran TV baru.
Sistem penyiaran TV Digital adalah penggunaan apliksi teknologi digital pada
sistem penyiaran TV yang dikembangkan di pertengahan tahun 90 an dan
diujicobakan pada tahun 2000. Pada awal pengoperasian sistem digital ini umumnya
dilakukan siaran TV secara Simulcastatau siaran bersama dengan siaran
analogsebagai masa transisi. Sekaligus ujicoba sistem tersebut sampai
mendapatkan hasil penerapan siaran TV Digital yang paling ekonomis sesuai dengan
kebutuhan dari negara yang mengoperasikan.
Frekuensi TV Digital
Secara teknik pita spectrum frekuensiradioyang digunakan untuk televisi analog
dapat digunakan untuk penyiaran televisi digital sehingga tidak perlu ada
perubahan pita alokasi baik VHFmaupun UHF(Ultra High Frequency). Sedangkan lebar
pita frekuensi yang digunakan untuk analog dan digital berbanding 1 : 6 artinya
bila pada teknologi analog memerlukan pita selebar 8 MHz untuk satu kanal
transmisi, maka pada teknologi digital dengan lebar pita frekuensi yang sama
dengan teknik multiplek dapat digunakan untuk memancarkan sebanyak 6 hingga 8
kanal transmisi sekaligus dengan program yang berbeda tentunya.
Selain ditunjang oleh teknologi penerima yang mampu beradaptasi dengan
lingkungan yang berubah, TV digital perlu ditunjang oleh sejumlah pemancar yang
membentuk jaringan berfrekuensi sama atau SFN(single frequency network) sehingga
daerah cakupan dapat diperluas. Produksi peralatan pengolah gambar yang baru
(cable, satellite, VCR, DVD players, camcorders, video games consoles) adalah
dengan menggunakan format digital. Untuk itu supaya pesawat analog masih dapat
dipakai diperlukan inverter (set top box) yang dapat merubah signal digital ke
analog sehingga dapat dilihat dengan menggunakan TV receiver biasa
Kelebihan Frekuensi TV Digital
Teknologi digital efisien dalam pemanfaatan spektrum. Ada satu penyelenggara
televisi digital meminta spektrum dalam jumlah yang cukup besar artinya tidak
cukup hanya 1 (satu) kanal carrier melainkan lebih. Hal ini disebabkan dalam
penyelenggaraannya nanti penyelenggara hanya akan berfungsi sebagai operator
penyelenggara jaringan yaitu untuk mentransfer program dari stasiun-stasiun
televisi lain yang ada di dunia menjadi satu paket layanan sebagaimana
penyelenggaraan televisi kabel berlangganan yang ada saat ini.
Meningkatnya penyelenggaraan televisi dimasa depan dapat diantisipasi dengan
suatu terobosan kebijakan dalam pemanfaatan spektrum frekuensi, misalkan
penyelenggara televisi digital hanya berfungsi sebagai operator penyelenggara
jaringan televisi digital, sedangkan programnya dapat diselenggarakan oleh
operator yang khusus menyelenggarakan jasa program televisi digital
(operatorlain). Dari aspek regulasi akan terdapat izin penyelenggara jaringan
dan izin penyelenggara jasa sehingga dapat menampung sekian banyak perusahaan
baru yang akan bergerak dibidang penyelenggaraan televisi digital. Dengan
demikian akan dapat dihindari adanya monopolipenyelenggaraan televisi digital di
Indonesia.
Karakteristik Sistem Penyiaran TV Digital Terestrial
Karakteristik Sistem Penyiaran TV Digital yang ada di Indonesia dibagi
berdasarkan kualitas penyiaran, manfaat dan keunggulan TV Digital tersebut. TV
Digital dalam perkembangannya memiliki karakteristik yang berbeda di tiap
wilayah(area) penyiaran. Oleh karena itu, karakteristik sistem penyiaran TV
Digital akan sama apabila berada di radius yang sama.
Kualitas Penyiaran TV Digital
Kualitas gambar dan warna yang dihasilkan jauh lebih bagus daripada televisi
analog. Desain dan implementasi sistem siaran TV digital terutama ditujukan pada
peningkatan kualitas gambar. Terdapat dua aspek yang berbeda dan memerlukan
kompromi dalam hal ini. Pada satu sisi, teknologi TV digital memungkinkan
pengiriman gambar dengan akurasi dan resolusi sangat tinggi, tetapi pada sisi
lain memerlukan tersedianya kanal dengan laju sangat tinggi, mencapai belasan
Mbps. Di sisi lain, sistem TV digital juga diharapkan mampu menghasilkan
penerimaan gambar yang jernih, stabil, dan tanpa efek bayangan atau gambar
ganda, walaupun pesawat penerima berada dalam keadaan bergerak dengan kecepatan
tinggi.
Manfaat Penyiaran TV Digital
    * Pemirsa juga dapat memilih      sendiri kapan akan menonton, remotetidak lagi
untuk memilih saluran tapi juga untuk      melihat simpanan program, (siaran
interaktif). Televisi yang menjadi      siaran interaktif akan lebih memudahkan
pemirsanya untuk mencari-cari      program yang dia sukai. Tidak ada lagi
prime-time karena saat itu pemirsa      dapat mencari program lain yang
dibutuhkan.
    * Penerimaan mobile,      efisiensi kanal frekuensi, dan potensi jasa tambahan
seperti TV-Interaktif      dan layanan data-casting.
    * Aplikasi teknologi siaran      digital menawarkan integrasi dengan layanan
multimedia lainnya serta      integrasi dengan layanan interaktif seperti Video
on Demand(VoD), Pay Per View(PPV), bahkan layanan komunikasi dua arah seperti
teleconference
Keunggulan TV Digital
    * Kelebihan signal digital      dibanding analog adalah ketahanannya terhadap
noise dan kemudahannya untuk      diperbaiki (recovery) di penerima dengan kode
koreksi error (error      correction code). Sinyal digital bisa dioperasikan
dengan daya yang      rendah (less power).
    * Pada transmisi digital      menggunakan less bandwidth(high efficiency
bandwidth) karena interference      digital channel lebih rendah, sehingga
beberapa channel bisa dikemas      atau "dipadatkan" dan dihemat. Hal ini
menjadi sangat mungkin      karena broadcasting TV Digital menggunakan sistem
OFDM(Orthogonal Frequency Division Multiplexing) yang tangguh dalam     
mengatasi efek lintas jamak (multipath fading). Kemudian keuntungan      lainnya
adalah bahwa sinyal digital bisa dioperasikan dengan daya yang      rendah (less
power).
    * Migrasi dari era analog menuju      era digital memiliki konsekuensi
tersedianya saluran siaran yang lebih      banyak. Tidak ada lagi antrian
ataupun penolakan izin terhadap rencana      pendirian televisi nasional maupun
lokal karena keterbatasan frekuensi.      Televisi digital pun dapat digunakan
layaknya browser internet, sehingga      sangat integratif fungsinya.
    * Penyiaran TV Digital Terrestrialbisa diterima oleh sistem penerimaan TV Fixed
dan penerimaan TV      Bergerak. Kebutuhan daya pancar tv digital juga lebih
kecil dan ketahanan      terhadap interferensi dan kondisi lintasan radio yang
berubah-ubah      terhadap waktu (seperti yang terjadi jika penerima TV berada
di atas mobil      yang berjalan cepat), serta penggunaan bandwidth yang lebih     
efisien.
Transisi ke TV Digital
Pesawat TV analog tidak akan bisa menerima sinyal digital, maka diperlukan
pesawat TV digital yang baru agar TV dapat menggunakan alat tambahan baru yang
berfungsi merubah sinyal digital menjadi analog. Perangkat tambahan tersebut
disebut dengan decoder atau set top box(STB). Proses perpindahan dari teknologi
analog ke teknologi digital akan membutuhkan sejumlah penggantian perangkat baik
dari sisi pemancar TV-nya ataupun dari sisi penerima siaran.
Awal Transisi ke TV Digital
Pada saat pemerintah memulai siaran digital yang berbasis terrestrial perlu
dilakukan proses transisi migrasi dengan meminimalkan risiko kerugian khusus
yang dihadapi baik oleh operator TV (Broadcasters) maupun masyarakat. Resiko
kerugian khusus yang dimaksud adalah informasi program ataupun perangkat
tambahan yang harus dipasang. Bila perubahan diputuskan untuk dilakukan maka
perlu dilaksanakan melalui masa ‘Simulcast’, yaitu masa dimanasebelum masyarakat
mampu membeli pesawat penerima digital dan pesawat penerima analog yang
dimilikinya harus tetap dapat dipakai menerima siaran analog dari pemancar TV
yang menyiarkan siaran TV Digital.
Alasan Transisi TV Digital
Masa transisi diperlukan untuk melindungi puluhan juta pemirsa (masyarakat) yang
telah memiliki pesawat penerima TV analog untuk dapat secara perlahan-lahan
beralih ke teknologi TV digital dengan tanpa terputus layanan siaran yang ada
selama ini. Selain juga melindungi industri dan investasi operator TV analog
yang telah ada, dengan memberi kesempatan prioritas bagi operator TV eksisting.
Keuntungan memberikan prioritas kepada operator TV eksisting adalah mereka dapat
memanfaatkan infrastruktur yang telah dibangun, seperti studio, tower, bangunan,
SDM dan lain sebagainya. Selain itu karena infrastruktur TV digital terrestrial
relatif jauh lebih mahal dibandingkan dengan infrastruktur TV analog, maka
efisiensi dan penggunaan kembali fasilitas

Akibat Transisi ke TV Digital
Untuk membuka kesempatan bagi pendatang baru di dunia TV siaran digital ini,
maka dapat ditempuh pola Kerja Sama Operasi antar penyelenggara TV eksisting
dengan calon penyelenggara TV digital. Sehingga di kemudian hari penyelenggara
TV digital dapat dibagi menjadi "network provider" dan "program / content
provider".
Jika kanal TV digital ini diberikan secara sembarangan kepada pendatang baru,
selain penyelenggara TV siaran digital terrestrial harus membangun sendiri
infrastruktur dari nol, maka kesempatan bagi penyelenggara TV analog eksisting
seperti TVRI, 5 TV swasta eksisting dan 5 penyelenggara TV baru untuk berubah
menjadi TV digital di kemudian hari akan tertutup karena kanal frekuensinya
sudah habis.
Model Bisnis Penyiaran TV Digital Kedepan
Perspektif bentuk penyelenggaraan sistem penyiaran di era digital juga mengalami
perubahan yang sangat berarti baik dari pemanfaatan kanal maupun teknologi jasa
pelayanannya. Pada pemanfaatan kanal frekuensi akan terjadi efisiensi penggunaan
kanal yang sangat berarti. Satu kanal frekuensi yang saat ini hanya bisa diisi
oleh satu program saja nantinya akan bisa diisi antara empat sampai enam program
sekaligus. Sepuluh program siaran TV-swasta Nasional saat ini yang menduduki
juga 10 kanal di UHF (Ultra High Frequency) hanya menduduki 2 atau 3 kanal saja.
Di sisi lain pendudukan kanal-kanal saat ini untuk sistem tranmisi analog juga
tidak hemat karena antara kanal yang berdekatan harus ada 1 kanal kosong sebagai
kanal perantara. Kanal perantara ini tidak ada disistem digital dan kanal
frekuensi di sistem digital bisa dimanfaatkan secara berurutan. Bentuk jasa
pelayanan sistem penyiaran digital secara blok jaringan juga akan terpisah-pisah
yaitu mulai dari penyedia program (content creators) kemudian akan dikirim ke
content agregators yang berfungsi sebagai pendistribusi program yang kemudian
program itu diubah dalam bentuk format MPEG2atau MPEG4. Lalu dikirim ke ‘MPEG2
multiplexer providers’ dan kemudian disalurkan ke berbagai pemirsa melalui
jaringan pemancar TV Digital oleh ‘transport providers’.
Masing-masing bentuk jasa pelayanan di atas bisa membentuk badan usaha yang
disesuaikan dengan kompetensi jasa pelayanan tersebut. Bentuk jasa pelayanan
dalam model bisnis Penyiaran TV Digital dapat digambarkan pada Gambar 1.
Dengan pemisahan ini maka masing-masing bisa lebih terkonsentrasi pada bidang
bisnisnya sendiri sehingga masyarakat pemirsa TV akan memperoleh kualitas
pelayanan yang lebih beragam dan tentunya lebih baik. Pada sistem penyiaran TV
Digital dimungkinkan munculnya jasa-jasa layanan baru seperti
informasi-informasi laporan lalu lintas, ramalan cuaca, berita, olahraga,
pendidikan, bursa saham, kesehatan dan informasi-informasi layanan masyarakat
lainnya. Para penyedia content hanya terkonsentrasi pada isi program saja dan
tidak perlu mengurus penyiapan infrastruktur jaringan dan pengoperasiannya.
Penyedia content hanya membayar sewa jaringan transmisi saja atau bisa dijual
kepada content distributor

Televisi berlangganan
Televisi berlangganan adalah jasa penyiaran saluran televisi yang dilakukan
khusus untuk pemirsa yang bersedia membayar (berlangganan) secara berkala. Jasa
ini biasanya disediakan dengan menggunakan sistem digital ataupun analog melalui
media satelit. Saat ini sistem penyiaran dengan digital adalah yang paling lazim
digunakan.
Di beberapa negara seperti di Perancis dan Amerika Serikat, sinyal-sinyal analog
terkode juga mulai diperkenalkan sebagai salah satu cara berlangganan.
Di Indonesia televisi berlangganan yang pertama kali hadir adalah Indovision,
yang berdiri pada 8 Agustus 1988 [1]. Indovison juga dikenal sebagai televisi
berlangganan yang pertama kali menggunakan satelit penyiaran langsung (Direct
Broadcast Satellite (DBS)).

Sejarah
Istilah televisi berlangganan bagi sebagian penduduk yang bermukim di kota besar
tentunya tidak asing lagi. Perkembangan televisi berlangganan di Indonesia
sendiri tidak dapat dipisahkan dari kemunculannya yang pertama kali. Televisi
berlangganan mengalami perkembangan yang panjang, sama halnya dengan televisi
konvensional. Dimulai saat Zenith meneliti kemungkinan adanya televisi
berlangganan ketika televisi sendiri masih dalam tahap penelitian dan
pengembangan. Akhirnya pada tahun 1940-an, Zenith-lah yang memperkenalkan sebuah
sistem televisi berlangganan yang diberi nama Phonevision(mdr 0815). Phonevision
ini memberikan layanan bagi konsumen yang menginginkan pemutaran film-film hanya
dengan pemesanan melalui telepon. Pada pola televisi berlangganan semacam ini,
sistem kabel menjadi sarana paling penting pada proses penyiaran program
televisi berlangganan sebelum ditemukannya sistem yang lebih cangggih, yaitu
satelit. Awalnya televisi berlangganan sering diidentikkan dengan TV kabel,
karena bermula pada tahun 1948 ketika warga Pennsylvania, Amerika Serikat
kesulitan menerima siaran televisi karena terhalang perbukitan. Untuk mengatasi
masalah ini, warga setempat memasang antenna untuk menangkap sinyal UHF yang
dipakai dalam penyiaran program kemudian menarik kabel dari antena tersebut dan
memasangnya ke rumah-rumah. Pada tahun 1972, HBO (Home Box Office) muncul dan
memikat hati banyak kalangan, dan tentu saja dengan kemunculannya ini mata
rantai televisi berlangganan makin kuat. Belum lagi tuntutan dan kebutuhan akan
hiburan yang makin besar, membuat satelit pada era 1980-an menjadi primadona
bagi perkembangan televisi berlangganan selanjutnya, sebut saja sistem DBS
(Direct Broadcast Satellite) yang banyak diaplikasikan di berbagai negara.
Sejarah dan perkembangan televisi berlangganan di Amerika memberikan peluang
bagi terbukanya lahan komersial ini di wilayah lain seperti Eropa, Asia, dan
Australia. Untuk kawasan regional Asia, Jepang pada tahun 1984 memperkenalkan
sistem DBS (Direct Broadcast Satellite) yang pada akhirnya dipakai dalam
industri televisi berlangganan.
Sejarah dan perkembangannya di Indonesia
Seiring dengan reformasi teknologi yang terus bergulir dan merambah banyak aspek
kehidupan global, Indonesia pun tak lepas dari imbas dan gejolak teknologi
tersebut. TV berbayar ini menawarkan sistem pay-per-view (PPV) yang ditawarkan
melalui kabel atau DBS. Dengan sistem PPV ini, pelanggan harus menunggu sampai
progam siaran yang mereka inginkan diudarakan baik oleh kabel maupun DBS. Salah
satu penyedia layanan televisi berlangganan Indonesia, Indovision mengklaim
dirinya sebagai perusahaan televisi berlangganan pertama yang mengaplikasikan
sistem DBS dengan menggunakan satelit Palapa C-2 sejak pertama berdiri pada
bulan Agustus 1988. Sembilan tahun kemudian (1997), Indovision meluncurkan
satelit barunya yakni IndoStar 1 atau yang lebih dikenal dengan satelit
Cakrawarta 1 yang digunakan sampai sekarang.
Media Kabel
Sebagian besar lembaga penyiaran berlangganan di Indonesia telah memanfaatkan
satelit dan kabel sebagai media penyalur dalam penyampaian program kepada
konsumen. Di Indonesia, PT Telkom yang menggunakan jaringan kabel dalam industri
TV berlangganan tidak menggunakan

Komponen Utama Sistem Kabel
Untuk media penyaluran melalui kabel, terdapat beberapa komponen utama dalam
sistem kabel yang konvensional, antara lain:
    * Headend: komponen      atau alat yang digunakan untuk menangkap sinyalyang     
dibawa dari satelitmaupun gelombanglain di udarayang      kemudian akan
didistribusikan kepada cable plant (jaringan kabel).
    * Trunk      Cable:      komponen kabel yang membawa sinyal, biasanya
dilengkapi dengan broadband      amplifiers setiap 2000 kaki yang digunakan
untuk mempertinggi kekuatan      sinyal.
    * Distribution      of feeder cable:      memperpanjang sinyal dari trunk
menuju gardu induk sebelum      disalurkan kepada masing-masing pelanggan di
setiap rumah.
    * Subscriber      drop:      menyalurkan sinyal dari gardu induk kepada
masing-masing pelanggan.
    * Terminal      equipment:      komponen yang diletakkan di setiap rumah
pengguna layanan ini. Dapat      berupa kabel modem, seperangkat televisi atau
alat lain.
Kekurangan
Ketersediaan layanan ini sangat bergantung pada berapa banyak kabel yang
dimiliki oleh provider dan wilayah mana saja yang akan menjadi target
pemasarannya. Ketika suatu wilayah belum terdapat jaringan kabel, maka wilayah
tersebut belum mampu menerima layanan dari provider. Mekanisme pendistribusian
pada layanan kabel sebenarnya sederhana tapi membutuhkan dana yang besar untuk
biaya operasional. Suatu perusahaan atau provider harus membentangkan, menanam ,
sekaligus merawat jaringan kabel. Untuk keperluan peningkatan kualitas dan
kapasitas, penggunaan serat optik merupakan pilihan yang tepat, karena potensi
terkena gangguan terhadap kabel yang ditanam maupun yang digantung yang makin
besar. Terlebih lagi media kabel konvensional dan serat optik ternyata masih
mampu untuk disadap.
Media Satelit
Media lain yang juga sangat menarik dalam industri televisi berlangganan kita
adalah satelit. Untuk lebih menjelaskan secara rinci, saya akan menggunakan dua
provider dengan pangsa pasar



Indovision
Indovision yang telah mengklaim sebagai penyedia layanan televisi berlangganan
pertama di Indonesia dengan sistem DBS memulai operasi dengan menggunakan
frekuensi C-Band melalui satelit Palapa C-2 pada awal tahun 1994, sampai
akhirnya menggunakan perangkat S-Band melalui satelit INDOSTAR-1 atau lebih
dikenal dengan nama CAKRAWARTA-1 pada akhir tahun 1997. Beberapa belas tahun
yang lalu, S-Band banyak digunakan untuk keperluan militer, namun, saat ini
telah banyak digunakan untuk kepentingan komersial. Dengan beroperasi pada
frekuensi 2.5 GHz, S-Band cocok diaplikasikan untuk wilayah Indonesia yang
tropis.
Pada Mei 2009, Indovision meluncurkan Satelit INDOSTAR-2 guna menggantikan
posisi Satelit INDOSTAR-1. Masih dengan menggunakan frekuensi S-Band, INDOSTAR-2
dioperasikan untuk mendukung transmisi teknologi penyiaran paling terbaru
sehingga dimungkinkan untuk mendapat kapasitas 2 kali lipat dibandingkan satelit
berikutnya.
TELKOMVision
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (PT Telkom) menawarkan dua pilhan sekaligus, TV
berbayar melalui media satelit (Direct To Home) serta TV Kabel (Digital CATV
Broadband) dengan nama TELKOMVision. Untuk layanan satelit di kota-kota besar,
Telkom turut menyediakan akses Internet yang diberi nama Telkom Speedy.
TELKOMVision ini menggunakan frekuensi transmisi satelit C-Band yang beroperasi
pada level 4-6 GHz. Penggunaan frekuensi satelit C-Band ternyata memiliki
kemampuan terbatas dalam menghindari interferensi sistem gelombang mikro dan
terrestrial.
Proses Penyiaran
Mekanisme penyiaran satelit untuk televisi berlangganan umumnya sama, dimulai
ketika provider memancarkan siarannya ke satelit (uplink) lalu kemudian sinyal
tersebut ditransfer dan dikirim lagi menuju ke bumi (downlink). Di Indonesia
kita bisa mengakses siaran-siaran TV dari Amerika Serikat, Jepang, Inggris, dll.
Siaran tersebut pertama kali dipancarkan dari tempat produksi siaran dilakukan,
kemudian dipancarkan kembali melalui satelit di Indonesia sampai akhirya kita
bisa menikmati ratusan tayangan dari berbagai negara di dunia. Siaran dari
satelit penyedia tersebut dapat diterima pelanggan yang telah dilengkapi alat
bernama decoder. Dengan menggunakan media penyaluran satelit, suatu program
televisi dapat dinikmati sejauh kita memiliki akses untuk menangkap sinyal
uplink satelit induk. Selain itu, yang menarik dari sistem berlangganan program
TV dengan menggunakan satelit adalah adanya pengacakan sinyal (scramble).
Artinya, sinyal yang dikirim oleh satelit diacak terlebih dulu, sehingga hanya
orang yang memiliki decoder saja yang dapat mengakses program siaran tersebut.

Alat Penangkap Sinyal Satelit
Untuk mengakses beberapa bahkan sampai ratusan saluran televisi, kita harus
memiliki alat-alat penangkap sinyal satelit. Beberapa Peralatan tersebut antara
lain :
    * Satellite      dish (Out Door Unit): komponen ini berbentuk seperti antena     
paraboladengan diameter sekitar 60-180 cm.
    * Decoder: Alat yang      berfungsi mengakses layanan seperti penggantian
saluran.
    * Smart      card:      Alat untuk mengakses sistem.
    * 
Apresiasi masyarakat
Perkembangan televisi berbayar atau berlangganan ini tergolong cukup signifikan
di Indonesia. Menurut data yang diungkap Direktur Utama Indovision, Rudy
Tanoesoedibjo, pasar potensial televisi berbayar di Indonesia pada dua tahun
lalu (2006) berada di kisaran 12 juta orang atau sekitar 22% dari keseluruhan 57
juta pemilik TV rumahan. Dan bukan mustahil angka ini akan meningkat tajam.
Konsumsi televisi berbayar ini selain melibatkan faktor ekonomi, faktor sosial
pun menjadi pertimbangan. Monotomi siaran atau tayangan televisi terrestrial
yang ada saat ini, sedikit banyak berpengaruh pada costumer sovereignity dalam
memilih tayangan yang berkualitas. Alternatif inilah yang ditawarkan oleh
televisi berbayar.
Lembaga penyiaran berlangganan di Indonesia
Di Indonesia, industri tv berlangganan beroperasi dengan menggunakan media
penyaluran yang beragam, mulai dari satelit, kabel, dan terrestrial. Namun,
hanya media penyiaran melalui satelit dan kabel saja yang memiliki pangsa pasar
yang besar. Berikut beberapa Lembaga Media penyiaran yang ada di Indonesia
beserta media penyalurannya :
    * PT      MNC Sky Vision (Indovision & Top TV), satelit
    * PT      Indosat Mega Media (IM2/Indosat M2), kabel
    * PT      First Media Tbk (First Media), kabel
    * PT      Mentari Multimedia (M2V), terrestrial
    * PT      Indonusa Telemedia (Telkom Vision), Kabel dan satelit
    * PT      Indonusa Telemedia (Yes TV), satelit
    * PT      Nusantara Vision (Okevision), satelit
    * PT      Karyamegah Adijaya (Aora), satelit


Tidak ada komentar:

Posting Komentar