Senin, 29 November 2010

Sartika veronika Angdrie - 070213017

BISNIS KETENAGALISTRIKAN

I . PENDAHULUAN
Indonesia sebagai salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam banyak memiliki kendala dalam dunia ketenagalistrikannya. Sumber daya alam yang melimpah seperti minyak bumi, gas, panas bumi, dan tenaga air tidak menjamin ketersediaan energi listrik bagi rakyatnya. Padahal sumber energi primer inilah yang menjadi bahan bakar bagi produksi energi listrik melalui PLTA, PLTD, PLTP, PLTM, dan pembangkit-pembangkit lainnya.
Data Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi tahun 2007, sumber daya gas alam indonesia mencapai 164.99 TSCF dan gas bumi sebesar 8,403.31 MMSTB. Tenaga air memiliki potensi energi sebesar 42,853.3 MW dan yang lebih potensial sebagai sumber energi di Indonesia adalah panas bumi dengan potensi panas bumi yang diperkirakan mencapai 27.5 Gwe dan merupakan potesi terbesar di dunia sebesar 40% potensi panas bumi dunia. (Data RUKN melalui keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor : 2682 K/21/MEM/2008 ).
Jumlah rumah tangga yang mendapat pasokan listrik tergolong rendah bila dibandingkan dengan negara maju, bahkan rasio elektrifikasi ini masih relatif kecil dibandingkan sasaran yang telah diterapkan oleh pemerintah. Saat ini Indonesia mencapai rasio elektrifikasi sebesar 64.34 % dengan rasio terkecil sebesar 24.24 % berasal dari Provinsi Nusa Tenggara Timur dan rasio terbesar berasal dari provinsi Jawa-Madura-Bali sebesar 76.11 %. Keterbatasan energi listrik ini ditambah dengan masih banyaknya daerah yang terisolasi dari sistem listrik Jawa-Madura-Bali, sangat ironis mengingat justru pasokan sumber energi primer sebagian besar berasal dari luar pulau Jawa-Bali. Pemenuhan energy listrik dalam negeri menjadi prioritas terutama. Apalagi masih banyak daerah yang memiliki krisis energy. Oleh karena itu sangat di butuhkan pengembangan dalam bidang ketenaga listrikan demi menungkatnya kualitas kelistrikan. Dengan adanya makalah ini akan sedikit menjelaskan tentang pengembangan dalam bidang ketenaga listrikan

II. PEMBAHASAN
II. 1 PENGERTIAN BISNIS
Bisnis adalah serangkaian usaha yang dilakukan 1 orang atau lebih individu atau kelompok dengan menawarkan barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan/laba.
Bisnis merupakan sebuah usaha, dimana setiap pengusaha harus siap untung & siap rugi. bisnis tidak hanya tergantung dengan modal uang. reputasi, keahlian, ilmu, sahabat & kerabat dapat menjadi modal bisnis.
Sistem Informasi Bisnis ialah Bisnis → berasal dari kata business → busy → sibuk yang artinya sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan, suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya” .
Beberapa definisi Bisnis menurut para ahli :
1. Definisi bisnis menurut Mahmud Machfoedz
Bisnis adalah usaha perdanganan yang dilakukan sekelompok orang yang terorganisasi untuk mendapatkan laba dengan memproduksi dan menjual barang atau jasa untuk memenihi kebutuhan konsumen.
Usahawan atau pelaku bisnis harus mampu memadukan 4 macam sumber day a yaitu :
a. Sumber daya materi
b. Sumber daya manusia
c. Sumber daya keuangan
d. Sumber daya informasi
Tujuan bisnis
Setiap bisnis batau perusahaan berusa mengolah bahan untuk dijadikan produk yang di perlukan oleh konsumen produk dapat berupa barang atau jasa. Tujuan perusahaan membuat produk adalh untuk menapatkab laba yakni imbalan atas penyediaan suatu produk untuk konsumen.




2. Definisi bisnis menurut Huat, T
Menurut Huat, T Chwee, Bisnis dalam arti luas adalah istilah umum yang menggambarkan semua aktifitas dan institusi yang memproduksi barang & jasa dalam kehidupan sehari-hari. Bisnis sebagai suatu sistem yang memproduksi barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan masyarakat (bussinessis then simply a system that produces goods and service to satisfy the needs of our society) [Huat, T Chwee,1990]. Bisnis merupakan suatu organisasi yang menyediakan barang atau jasa yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan [Griffin & Ebert].
3. Definisi bisnis menurut Allan Afuah (2004)
Menjelaskan bahwa ”Business is the organized effort of the individual to produce and sell for a provit, the goods and services tah satisfy societies need. The general term business refer to all such efforts within a society or within an industry.” Artinya bisnis merupakan suatu kegiatan usaha individu yang terorganosasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan ada dalam industry. Orang yang mengusahakan uang dan waktunya dengan menanggung resiko dalam menjalankan kegiatan bisnis disebut Enterpreneur.

4. Definisi Bisnis menurut Steinfort
Menjelaskan bahwa bisnis yaitu Bisiness is an produces goods and service demanded by people. Artinya “bisnis ialah suatu lembaga yang menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Apabila kebutuhan masyarakat meningkat, maka lembaga bisnis pun akan meningkat pula perkembangannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut , sambil memperoleh laba.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa :
Bisnis adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu dan sekelompok orang (organisasi) yang menciptakan nilai (created value) melalui penciptaan barang dan jasa (create of good and service) untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan memperoleh keuntungan melalui transaksi.

II.2 ASPEK – ASPEK BISNIS
a) Kegiatan individu dan kelompok
b) Penciptaan nilai;
c) Penciptaan barang dan jasa; dan
d) Keuntungan melalui transaksi.

II.3 FUNGSI BISNIS
Fungsi bisnis dilihat dari kepentingan mikroekonomi dan makroekonomi :
1. Fungsi Mikro Bisnis, Kontribusi terhadap pihak yang berperan langsung. Yaitu :
1. Pekerja / Karyawan : pekerja menginginkan gaji yang layak dari hasil kerjanya sementara manajer menginginkan kinerja yang tinggi yang ditunjukkan besarnya omzet penjualan dan laba.
2. Dewan Komisaris : memantau kegiatan dan mengawasi manajemen, memastikan kegiatan akan berjalan tercapainya tujuan.
3. Pemegang Saham : pemegang saham memiliki kepentingan dan tanggung jawab tertentu terhadap perusahaan.
2. Fungsi Makro Bisnis, Kontribusi terhadap pihak yang terlibat secara tidak langsung. Yaitu :
1. Masyarakat sekitar perusahaan : memberikan kontribusi kepada masyarakat sekitar sebagai bentuk tanggungjawab perusahaan.
2. Bangsa dan Negara : tanggungjawab kepada Bangsa dan Negara yang diwujudkan dalam bentuk kewajiban membayar pajak.

II.4 Elemen dan Sistem Bisnis
Dalam suatu bisnis membutuhkan suatu sistem yaitu :
A. Modal (capital)
Sejumlah uang yang digunakan dalam menjalankan kegiatan bisnis
B. Bhan- bahan (material)
Merupakan faktor produksi yang diperlukan dalam melaksanakan aktifitas bisnis untuk diolah menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat
C. Sumber Daya Manusia (SDM)
KualifikasiSDM : Memiliki kemampuan kompetitif dan berkualitastinggi
D. Keterampilan manajemen
Sistem manajemen yang dijalankan berdasarkan prosedur dan tata kerja manajemen














II. 5 JENIS KEGIATAN BISNIS















1. Karakteristi Sistem Bisnis, ada 3 karakteristik sistem bisnis yaitu :
1. Kompleksitas & keanekaragaman;
2. Saling ketergantungan;
3. Perubahan dan inovasi.
2. Bentuk dasar kepemilikan bisnis, ada 5 jenis Bentuk dasar kepemilikan Bisnis yaitu :
1. Perusahaan perseorangan,
2. Comanditaire Vennootschap (CV),
3. Persekutuan,
4. Perseroan, dan
5. Koperasi.

II.6 PENGERTIAN KETENAGA LISTRIKAN
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:
1. Ketenagalistrikan adalah segala sesuatu yang menyangkut penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik serta usaha penunjang tenaga listrik.
2. . Tenaga Listrik adalah suatu bentuk energi sekunder yang dibangkitkan, ditransmisikan, dan didistribusikan untuk segala macam keperluan, tidak termasuk listrik yang dipakai untuk komunikasi, elektronika, atau isyarat.
3. Penyediaan Tenaga Listrik adalah pengadaan tenaga listrik mulai dari titik pembangkitan sampai dengan titik pemakaian.
4. Pemanfaatan Tenaga Listrik adalah penggunaan tenaga listrik mulai dari titik pemakaian.
5. Konsumen adalah setiap orang atau badan yang membeli tenaga listrik dari pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk digunakan sebagai pemanfaatan akhir dan tidak untuk diperdagangkan.
6. Sistem Tenaga Listrik adalah rangkaian instalasi tenaga listrik dari pembangkitan, transmisi, dan distribusi yang dioperasikan secara serentak dalam rangka penyediaan tenaga listrik.
7. pembangkitan Tenaga Listrik adalah kegiatan memproduksi tenaga listrik.
8. Transmisi Tenaga Listrik adalah penyaluran tenaga listrik dari suatu sumber pembangkitan ke suatu sistem distribusi atau kepada konsumen, atau penyaluran tenaga listrik antarsistem.
9. Distribusi Tenaga Listrik adalah penyaluran tenaga listrik dari sistem transmisi atau dari sistem pembangkitan kepada konsumen.
10. Penjualan Tenaga Listrik adalah suatu kegiatan usaha penjualan tenaga listrik kepada konsumen.
11. Usaha Penjualan Tenaga Listrik adalah penyelenggara kegiatan usaha penjualan tenaga listrik kepada konsumen yang tersambung pada tegangan rendah.
12. Agen Penjualan Tenaga Listrik adalah penyelenggara kegiatan usaha penjualan tenaga listrik kepada konsumen yang tersambung pada tegangan tinggi dan tegangan menengah.
13. Pengelola Pasar Tenaga Listrik adalah penyelenggara kegiatan usaha untuk mempertemukan penawaran dan permintaan tenaga listrik.
14. Pengoperasian Sistem Tenaga Listrik adalah suatu kegiatan usaha untuk mengendalikan dan mengkoordinasikan antarsistem pem-bangkitan, transmisi, dan distribusi tenaga listrik.
15. Pengelola Sistem Tenaga Listrik adalah penyelenggara kegiatan usaha pengoperasian sistem tenaga listrik yang bertanggung jawab dalam mengendalikan dan mengkoordinasikan antarsistem pembangkitan, transmisi, dan distribusi, serta membuat rencana pengembangan sistem tenaga listrik.

II. 7 PERMASALAHAN LAYANAN KETENAGA LISTRIKAN
Permasalahan layanan ketenagalistrikan dapat dipetakan menjadi beberapa karakter, yaitu :

Pertama, aspek kualitas produk. Persoalan inilah yang paling menyiksa konsumen, yaitu pasokan listrik yang kembang-kempis. Pemadaman listrik, apalagi di luar Pulau Jawa, adalah hal yang amat lazim. Bahkan nyaris habis tingkat kesabaran masyarakat yang berujung pada aksi anarkhisme terhadap fasilitas PT PLN. Bagaimana amarah tidak akan menyundul ubun-ubun, jika aliran listrik hanya menyala 5 jam, dan setelah itu mati tanpa kepastian kapan akan menyala kembali. Terkecuali masyarakat di Jawa Bali yang masih bisa menikmati aliran listrik secara stabil, tanpa gangguan berarti. Tetapi, sebagai sebuah produk jasa, apa yang dijual PT PLN merupakan produk yang substandar.
Kedua, aspek proses bisnis. Selain faktor pemadaman, permasalahan proses bisnis yang kurang transparan di mata publik, juga menjadi bumbu kemarahan yang lain. Ini terkait dengan, misalnya, akses sambung baru. Petugas dan managemen PT PLN sering lamban dalam merespon permintaan sambung baru, dengan berbagai alasan. Tetapi, dalam banyak kasus, jika konsumen ingin proses yang lebih cepat, akses sambung baru itu bisa diperoleh via oknum tertentu. Entah via orang dalam PT PLN, atau oknum petugas perusahaan instalatur yang menjadi mitra PT PLN. Apalagi untuk akses sambung baru 450-900 volt ampere, yang secara bisnis memang tidak menguntungkan, karena masih tingginya komponen subsidi.
Ketiga, aspek sumber daya manusia. Untuk urusan teknis ketenagalistrikan, petugas PT PLN terbilang cukup andal. Tetapi, jika konteksnya kepiawaian ‘memanusiawikan’ konsumen; inilah yang masih miskin pada PT PLN. Berdasar data pengaduan di YLKI, konsumen banyak mengeluhkan hal-hal teknis manusiawi, misalnya petugas yang kurah ramah/jarang tersenyum, atau petugas yang tidak mengembalikan uang kembalian secara penuh. Apalagi untuk urusan bayar-membayar tagihan, kini managemen PT PLN banyak melakukan outsourcing dengan pihak lain, semisal payment point online bank (PPOB), kantor pos, kalangan pesantren, bahkan ibu rumah tangga.
Dan keempat, aspek infrastruktur. Hal ini juga tidak bisa dianggap enteng. Tak bisa dipungkiri, mayoritas infrastruktur PT PLN sudah tua. Bukan hanya tiang listrik, kabel, travonya yang sudah menua, bahkan untuk komponen yang amat vital, misalnya gardu induk. Lagi-lagi untuk luar Pulau Jawa, PT PLN banyak mengoperasikan mesin pembangkit yang tidak produktif lagi. Ironisnya, saat infrastuktur tak lagi produktif, kadang etos maintenance kurang memadai.

II. 8 Prospek Bisnis Jasa Pelatihan Ketenagalistrikan
Lewat berbagai permasalah kelistrikan yang di alami maka sudah seharusnya kita meningkatakan kualitas ketenaga listrikan. Dalam penguasaan teknologi sistem ketenagalistrikan (pembangkitan, penyaluran, dan distribusi) diperlukan sumber daya manusia (SDM), baik tenaga terampil maupun tenaga ahli yang dapat merencanakan/merancang, membangun, mengoperasikan, memelihara dan melakukan litbang ketenagalistrikan yang dapat berkembang secara dinamis sesuai dengan tuntutan kualifikasinya. Untuk memenuhi kebutuhan SDM secara kualitatif dan kuantitatif di bidang ketenagalistrikan, perlu dikembangkan suatu jasa pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan jenjang kualifikasinya. Pada saat ini sudah banyak lembaga formal penyelenggara program pendidikan bidang ketenagalistrikan, yaitu sekolah kejuruan teknik listrik, jalur program diploma sampai dengan D3, dan Sl jurusan teknik listrik/mesin. Di sisi lain, program pelatihan bidang ketenagalistrikan belum begitu banyak tersedia. Jasa pelatihan yang sudah adapun masih terbatas pada pemenuhan kebutuhan masing-masing institusi yang bergerak di bidang ketenagalistrikan. Dengan perkataan lain jasa pelatihan tersebut belum berorientasi kepada jenjang keahlian yang sesuai dengan kebutuhan pengguna (perusahaan) secara umum dan belum terakreditasi. Pelatihan ketenagalistrikan diharapkan memenuhi kualifikasi yang diakui secara nasional maupun secara internasional dengan imaksud untuk meningkatkan kompentensi SDM dalam rangka memenuhi tuntutan kualifikasi SDM sesuai dengan klasifikasi pekerjaannya di bidang ketenagalistrikan.
Problematika SDM
Pembangunan instalasi tenaga listrik dari tahun ke tahun semakin komplek sejalan dengan perkembangan teknologi ketenagalistrikan. Kini, tenaga listrik tidak hanya harus memenuhi kualitas dan keandalan sistem, tetapi juga harus berwawasan lingkungan. Tuntutan akan kualitas, keandalan dan berwawasan lingkungan tersebut mengharuskan teknologi ketenagalistrikan berkembang dari tahun ke tahun dan sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia masih pada tahap pemakai teknologi ketenagalistrikan tersebut, walaupun dalam skala kecil sudah memiliki industri peralatan tenaga listrik. Program pelatihan diperlukan untuk setiap pegawai/petugas baik pada saat awal memasuki sebuah perusahaan maupun secara berkelanjutan mengikuti tuntutan pekerjaan. Pelatihan diawal pekerjaan bertujuan meningkatkan kompetensi yang harus dimiliki tenaga teknik, yang merupakan persyaratan yang ditetapkan oleh perusahaan. Pelatihan lanjutan dimaksudkan untuk meningkatkan kompetensinya ke jenjang keahlian yang lebih tinggi dibidangnya atau penyesuaian apabila ada teknologi baru yang harus ditangani dibidangnya atau membentuk kemampuan baru jika pindah bidang kerjanya.


Prospek Bisnis Jasa Pelatihan
Jumlah tenaga kerja dan profil jenjang keahlian dari tenaga (terampil dan ahli) yang diperlukan di masa mendatang untuk penyediaan tenaga listrik terus berkembang secara dinamis. Pada dasarnya profil jenjang keahlian SDM di sisi permintaan (lapangan pekerjaan) terdiri dari operator/tukang, teknisi, ahli teknik dan enjinir. Masing-masing kualifikasi tenaga teknik ini juga ditentukan oleh jenis/ klasifikasi pekerjaannya. Secara umum, berdasarkan kebutuhan di sisi permintaan, jenis/klasifikasi pekerjaan bidang ketenagalistrian yang memiliki prospek untuk dikembangkan adalah bidang •perencanaan dan rekayasa, •konstruksi yang meliputi konsultan perencana, konsultan manajeman, konsultan pengawasan, dan kontraktor pembangunan; dan •operasi yang meliputi meliputi pengujian, operasi, dan pemeliharaan. Dari masing-masing jenis/klasifikasi pekerjaan ini dan tingkat kesulitan tugas untuk pekerjaan kiranya dapat digunakan sebagai persyaratan kompetensi tenaga teknik yang benar-benar sesuai dengan permintaan pasar.
Potensi SDM yang dapat dikembangkan diantaranya adalah tenaga instalatur dan tenaga kerja bidang perencanaan dan rekayasa untuk pemenuhan kebutuhan pasar global, tenaga kerja pelaksana yang memenuhi standar kemampuan dibidang pembangunan ketenagalistrikan yang akan dilakukan pihak asing. Pada saat ini, jumlah lembaga pelatihan di bidang ketenagalistrikan belum banyak. Lembaga jasa pelatihan yang ada masih merupakan bagian dari suatu perusahaan misalnya PT PLN (Persero). Selain itu, dengan jumlah program pelatihan yang terbatas, perguruan tinggi dan beberapa perusahaan swasta juga telah menyediakan jasa pelatihan bidang ketenagalistrikan. Umumnya program pelatihan yang dikembangkan didasarkan pada kebutuhan perusahaan atau permintaan yang dirancang berdasarkan kaidah-kaidah baku suatu program pelatihan, yakni melalui suatu analisis kebutuhan pelatihan (training need analysis). Ada tiga pendekatan yang dapat ditempuh dalam pengembangan SDM, yaitu : •Pengembangan jangka pendek, yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan yang sangat mendesak akan tenaga kerja, baik dalam segi kuantitas maupun kualitas untuk menunjang pelaksanaan otonomi daerah. •Pengembangan jangka menengah, yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia yang mampu mengembangkan industri berteknologi canggih, dalam rangka menangkap pangsa pasar dalam negeri. •Pengembangan jangka panjang, SDM dipersiapkan untuk memenuhi standar kompetensi baik regional maupun international, sehingga mampu bersaing untuk mengisi kebutuhan SDM bidang ketenagalistrikan baik di dalam negeri maupun luar negeri. Sasaran bisnis jasa pelatihan diarahkan bagi tenaga teknik dengan latar belakang pendidikan formal Sekolah Menengah Kejuruan (STM Listrik/Mesin), Sekolah Menengah Umum (SMU IPA), Program Diploma (D1, D2, dan D3), dan Program S1 Bidang teknik listrik/mesin.















III PENUTUP
III.1 Kesimpulan
1. Bisnis adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu dan sekelompok orang (organisasi) yang menciptakan nilai (created value) melalui penciptaan barang dan jasa (create of good and service) untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan memperoleh keuntungan melalui transaksi.
2. Ketenagalistrikan adalah segala sesuatu yang menyangkut penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik serta usaha penunjang tenaga listrik.
3. Salah satu cara meingkatkan kualitas ketenaga listrikan adalah dengan meningkatkan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) . Dengan membangun sarana pelatihan SDM ketenagalistrikan juga merupakan suatu bisnis yang dapat meningkatkan kualitas SDM yang nantinya akan meningkatakan kualitas ketenaga listrikan indonesia
III. 2 Saran
1. Meningkatkan kualitas SDM bidang ketenagalistrikan
2. Meningkatkan bisnis ketenagalistrikan dalam bentuk pelatihan SDM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar